Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan di Jalan Raya

27 Januari 2016   11:58 Diperbarui: 27 Januari 2016   17:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jumlah manusia semakin bertambah. Kelahiran bayi jauh lebih banyak daripada meninggalnya seorang manusia. Di tahun 2015 diperkirakan jumlah penduduk di dunia sekitar 7 miliar. Dan jumlah ini akan semakin bertambah setiap tahunnya. Padahal bumi luasnya tetap, tidak bertambah. Situs BPS merilis jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 255,5 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,38 persen per tahun. Data ini menempatkan  Indonesia sebagai urutan keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar.

Di jalan raya, mobil-mobil semakin banyak. Akibat budaya materialistik, mobil bukan lagi barang mewah yang menjadi milik segelintir orang kaya saja. Masyarakat kelas menengah pun berlomba-lomba mengoleksi kendaraan roda empat ini. Mudahnya persyaratan untuk membeli mobil membuat orang berlomba-lomba menambah koleksi mobilnya. Tidak memiliki garasi, bisa diparkir di depan rumah. Selain itu, sepeda motor pun turut menyumbang padatnya jalan raya.

Bumi semakin sesak. Negara ini semakin padat penduduknya. Kemacetan bukan hanya untuk kota besar saja. Dikota-kota kecil pun kerap terjadi kemacetan. Traffic light makin banyak dibuat. Ini untuk mengantisipasi kemacetan yang sering terjadi. Tempat yang dulu tidak terjadi kemacetan sekarang terjadi kemacetan. Waktu dimana sering terjadi kemacetan adalah pada waktu pagi hari di saat anak-anak berangkat ke sekolah atau orang berangkat kerja, dan diwaktu sore hari disaat anak-anak pulang sekolah atau orang dewasa pulang kerja.

Perilaku kita di jalan raya berkaitan erat dengan karakter kita. Sebuah ungkapan mengatakan  kalau ingin lihat tentang karakter sebuah masyarakat, maka lihatlah perilaku mereka di jalan raya. Jalan raya memberikan pendidikan kepada kita bagaimana bersikap dan berperilaku yang mencerminkan perilaku kita sehari-hari.

Orang yang sering menyerobot/mengambil jalan orang lain dalam kesehariannya juga orang yang gemar mengambil hak orang lain. Demi alasan buru-buru lantas kita mengabaikan hak orang lain. Pengendara motor sering memakai tempat bagi pejalan kaki. Mengendarai mobil mewah tidak lantas kita meremehkan pengguna jalan lain. Sering kita lihat pengendara mobil mewah yang berlaku seenaknya dan mengabaikan keselamatan orang lain.

Strata sosial di jalan raya menunjukkan kesenjangan perlakuan antara yang kaya dan miskin. Artis yang mengendarai mobil mewah boleh melenggang di jalan raya tanpa kelengkapan kendaraan, bahkan masih dikawal oleh polisi. Konvoi club motor gede (moge) bahkan bisa menerabas lampu merah dan kebut-kebutan di jalan dengan dikawal polisi. Dengan alasan menegakkan tata tertib polisi menilang motor tanpa surat kendaraan milik orang miskin. Tidak memakai helm atau tanpa surat.

Jalan raya juga bisa sebagai sarana kita melatih kesabaran. Kita harus bisa dan biasa berlapang dengan semua yang terjadi di jalan raya. Tidak jarang perilaku pengguna menguji kesabaran kita. Diserobot orang, jalan kita diambil, atau disalip orang. Tidak jarang keluarlah sumpah serapah akibat perilaku pengendara lain kepada kita.

Kemacetan sering menguji kesabaran kita yang tidak sabar dengan perilaku orang lain. Misalnya dalam membunyikan klakson berkali-kali dalam suasana kemacetan. Maka kemacetan pun semakin kacau dan riuh. Kita sering menganggap orang lain tidak becus memakai kendaraannya. Tidak sabar untuk segera melaju ketika tanda lampu merah habis. Klakson kita pertanda ketidaksabaran kita kepada orang di depan kita. Seorang ustadz mengatakan salah satu cara belajar sabar dengan tidak membunyikan klakson selama satu minggu. Sebab, selain sebagai pemberi tanda, membunyikan klakson juga pertanda ketidaksabaran kita.

Di jalan raya, kebenaran tidak selalu menang. Kemenangan bukan ditentukan oleh benar atau salah tetapi karena ngotot . Siapa yang ngotot dialah yang menang. Walaupun salah, asal berani ngotot, jadi menang. Hukum rimba yang berlaku di jalan raya, jika terjadi tabrakan, yang besar selalu salah. Motor tabrakan dengan mobil, maka yang salah adalah mobil, walaupun yang melanggar adalah motor.

Kepatuhan kita terhadap peraturan lalu lintas seringkali karena keterpaksaan. Misalnya memakai helm bukan karena takut ditilang polisi melainkan karena kesadaran. Kelengkapan berkendara dipenuh demi menghindari razia dan bukan sebagai keamanan dan keselamatan (savety riding). Karenanya, jarang terlihat orang memakai helm di malam hari.

Penting sekali memerhatikan perilaku kita dalam berkendara di jalan raya. Patuhi peraturan lalu lintas. Kepatuhan pada tata tertib lalu lintas jadikan sebagai kesadaran hukum dan bukan keterpaksaan. Yakini bahwa perilaku kita memiliki korelasi pada karakter kita. Bagaimana perilaku kita di jalan raya dapat membawa pengaruh pada orang lain. Utamakan keselamatan diri dan orang lain. Jadilah pelopor ketertiban di jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun