Ibadah haji memang sungguh idaman umat Islam. Tidak banyak yang dapat kesempatan ke tanah suci. Sebab selain harus memenuhi syarat sehat secara fisik tetapi juga sehat secara finansial.
Mungkin dari 100 orang Islam, hanya 1 yang dapat kesempatan menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Benar-benar tidak sembarangan orang yang bisa ke sana. Walaupun, ada juga yang bisa ke tanah suci berkali-kali.
Karena langkanya momen itu, banyak yang ikut senang dengan keberangkatan haji, termasuk keluarga, saudara dan tetangga. Maka pemandangan yang umum terjadi kalau ada satu orang yang naik haji, banyak rombongan yang mengantar. Bisa satu RT, RW bahkan satu kampung. Ya, satu kampung yang mengantarnya. Itu ungkapan di tempat saya.
Kedatangan mereka sering jadi 'beban' karena yang haji harus keluar biaya untuk konsumsi, transportasi dan lainnya. Sampai harus keluar belasan juta. Mending kalau orang berpunya. Lha kalau orang biasa saja? Ya begitulah kondisinya.
Keberangkatan di alun-alun, maka alun-alun jadi macet. Radius satu bahkan dua kilometer streril dari kendaraan. Jalan-jalan dijaga polisi. Mobil atau motor tak bisa lewat kecuali sudah datang sebelum akses jalan ditutup.
Sampai-sampai jalanan lain membludak. Ikut macet. Warga sekitar yang mau beraktivitas pun jadi repot. Hm, apakah daya. Harus bersabar dengan kondisinya. Maklum, hanya setahun sekali momen itu terjadi.
Juga sebagai potret kerukunan masyarakat. Hidup guyup rukun meskipun ada pengorbanan yang harus dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H