Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gerutu Orangtua Sebab Kebijakan Sekolah Jam 5

1 Maret 2023   16:25 Diperbarui: 1 Maret 2023   16:28 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika masuk sekolah jam 5 diterapkan di seluruh Indonesia? Masuk sekolah jam 5 viral lantaran sudah diterapkan dulu di provinsi NTT. Ya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT menerapkan kebijakan jam masuk sekolah pukul 05.00 WITA.

Kebijakan ini disepakati bersama Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat bersama para Kepala SMA/SMK/SLB Negeri di Kota Kupang. Kebijakan mulai diterapkan sejak Senin, 27 Februari 2023.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT  menjelaskan bahwa tujuan dari kebijakan jam masuk sekolah pukul 05.00 Wita untuk restorasi pendidikan di Provinsi NTT secara keseluruhan.

Para orang tua banyak yang keberatan dengan kebijakan ini. Di grup orang tua rame-rame memprotesnya. Guru pun kena sasaran. Namun apa yang bisa dilakukan? Guru itu merupakan pelaksana dari kebijakan. Kalau kebijakan itu baik guru dapat dampak positifnya kalau kebijakan itu salah atau keliru maka guru kena getahnya.

"Kasihan anak-anak jam 05.00 udah harus di sekolah, bangunnya jam 04.00 atau jam 04.30. Ya meskipun jam segitu sudah agak terang Kalau di WITA," kata seorang wali murid.

Yang kebijakan ini tentu membawa perubahan kebiasaan. Orang tua yang tadinya biasa bangun jam 06.00 atau jam 07.00 sekarang harus jam 03.00 atau jam 04.00. Orang tua harus beradaptasi dengan perubahan kebijakan ini.

"Dengan semakin majunya jam masuk sekolah tentu akan menambah beban jam pelajaran di sekolah. Padahal perbaikan kualitas generasi itu bukan dari banyak sedikitnya jam belajar," orang tua menyeletuk.

Sebagian lainnya memandang sinis dengan kebijakan ini. Ibaratnya kebijakan ini adalah kebajikan hangat-hangat tahi ayam seperti kebijakan lainnya yang hanya berjalan di awal-awal saja. Maka orang tua pun hanya bisa menggerutu sambil terus mengikuti kebijakan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun