Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teladan Dari Patwal Wakil MPR RI

29 Januari 2019   13:53 Diperbarui: 29 Januari 2019   13:57 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teladan Dari Patwal Wakil MPR RI
Rajin Puasa Senin-Kamis

Disela-sela seminar yang diisi oleh wakil ketua MPR, saya tiba-tiba ingin menyapa patwal (patroli dan pengawal).

Ketika saya basa basi nawarin kopi, dia bilang sedang shaum (puasa). Cling! Seketika terlintas dalam benak saya, ini bahan tulisan yang keren. Tak berhenti di sana, saya kemudian lanjutkan 'wawancara'.

Nama polisi itu Pak Wahyu. Sudah lima tahun bekerja dengan pak Hidayat Nur Wahid (HNW). Sudah tak terhitung, berapa kali dia mengawal HNW. Sering, katanya. Kalau di Banten, paling jauh ke
Malingping.

Banyak suka. Senengnya banyak.  Nggak ada dukanya. Agak repot kalau pas hujan. Selain itu, aman-aman saja.

Bapak yang juga bertugas di Mako ini mengatakan, kerja dengan bapak
banyak belajar. Banyak ikhlas.

"Bapak itu jika di kantor menjadi atasan, diluar itu sudah seperti orang tua sendiri.
Berkesan diluar rumah, pengganti orang tua."

Yang juga diingat dari bapak, kalau sedang di perjalanan, tidak pernah tinggal salat lima waktu.
Ketemu masjid berhenti."

Pak Wahyu ini tertangkap basah sedang shaum Senin Kamis. Saat yang lain sedang mencicipi hidangan atau snack, dia tidak nimbrung.

"Saya rutin puasa Senin-Kamis. Apalagi kalau sedang di jalan. Pengawalan seperti ini. Enak dibawa puasanya. Tahu-tahu pulang sudah sore."

(Padahal, kalau di jalan 'kan ada makan-makan, nggak ikut dong. Atau pas disuguhi makanan khas daerah tertentu, juga nggak ikut makan. Aih, makanan aja yang dipikirkan.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun