" Panta rhei kai uden menei"
( Semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.")
~Herakleitos, hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM).
Katarina sudah bersiap diri. Pekerjaan baru yang diterimanya kemarin telah membuatnya memikirkan hal baru. Bagaimana mempelajari strategi dan koordinasi. Tentu akan menarik sekali, meskipun hal tersebut pastinya akan banyak menguras energinya, beradaptasi dilingkungan baru, Katarina membutuhkan energi ekstra, meskipun sebenarnya dia adalah pribadi yang ekstrovert.
Dipandangnya biola kesayangannya yang tergeletak rapi di meja kamarnya. Entah ini sekedar hobi atau merupakan salah satu "passion" dirinya. Memainkan biola selalu membuat hidupnya menjadi berirama. Untuk itu ketika ada waktu senggang, latihan menggesek biola selalu dilakukannya.
Seperti seorang pemain biola terkenal di dunia, yang mengajarkan padanya yaitu Yehudi Menuhin, violonist kelahiran Amerika ini pernah bilang :
" Kalau sehari aku tak berlatih ( violine ) telingaku akan tahu. Kalau 2 hari tak berlatih istriku akan tahu. 3 Hari tak berlatih seluruh tetanggaku akan tahu." Dan apa yg dia lakukan dalam perjalanan? Dia akan mengambil waktu memejamkan mata dan berlatih violine secara mental."
Dan Katarina selalu menyempatkan juga untuk melihat penampilan Yehudi lewat media You Tube. Ini terkadang memberinya inspirasi.
( http://m.youtube.com/watch?v=P5vZXTOm-xo#)
***********
Sebagai perempuan yang masih single, dirinya dituntut untuk selalu belajar mandiri, karena bekerja jauh dari orang tua. Meskipun bukan hal yang gampang dan ringan.
Ada saat-saat tertentu dirinya merasakan begitu rapuh dan lelah menghadapi tantangan yang ada, namun selalu saja ada penghiburan dan kejutan-kejutan yang hadir dalam dirinya. Dirinya banyak belajar dari berbagai hal yang ditemuinya.
Seperti hari kemarin, waktu istirahat makan siang. Ada sebuah artikel menarik yang dibacanya lewat gadgetnya tentang seorang perempuan yang berkiprah dalam perjuangan ketika digelar pertemuan Sumpah Pemuda. Artikel itu berbunyi sebagai berikut :
" Salah satu tokoh terpenting dari Sumpah Pemuda adalah Siti Soendari, perwakilan dari Poeteri Indonesia.
Siti Soendari terkenal karena komitmen kebangsaannya. Selama mengikuti Kerapatan Besar Pemuda Indonesia (KBPI) II, 28 Oktober 1928, ia belum bisa mengemukakan pandangannya dalam bahasa Indonesia. Namun, selang dua bulan sejak peristiwa itu, ia secara heroik sanggup berpidato dalam bahasa Indonesia pada Kongres Perempuan Indonesia, 22-25 Desember 1928. Dalam pidatonya, ia mengajak kaum perempuan untuk menjadi bagian dari gerakan kesadaran keindonesiaan.
''Sebeloem kami memoelai membitjarakan ini, patoetlah rasanja kalau kami terangkan lebih dahoeloe, mengapa kami tidak memakai bahasa Belanda atau bahasa Djawa. Boekan sekali-kali karena kami hendak merendah-rendahkan bahasa ini, atau mengoerang-ngoerangkan harganja. Itoe sekali-kali tidak. Tetapi barang siapa diantara toean jang mengoendjoengi kerapatan pemoeda di Kota Djacatra (Betawi), jang diadakan beberapa boelan jang laloe atau setelah membatja poetoesan kerapatan jang terseboet, tentoe masih mengingat akan hasilnja, jaitu hendak berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia, hendak bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia, dan hendak mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.