Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Trilogi "Gadis Tangsi", Semangat Perempuan Teyi dalam Novel Trilogi Karya Suparto Brata

21 April 2020   23:40 Diperbarui: 22 April 2020   03:58 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Pengalaman hidup tetap menjadi bara api jiwanya, tetap melekat pada dirinya. Selama hayat dikandung badan, pelita hatinya akan menerangi langkah hidupnya."

 ~ Teyi,  Kerajaan Raminem, hal : 218

Buku Trilogi Gadis Tangsi merupakan novel karya Suparto Brata yang terdiri dari 3 buku yaitu Gadis Tangsi, Kerajaan Raminem, dan Mahligai Di Ufuk Timur. Sebuah cerita yang menceritakan tentang perjalanan hidup gadis tangsi bernama Teyi selama tinggal dalam suasana pendudukan zaman Belanda mengikuti sang Ayah Wongsodirjo yang bertugas sebagai prajurit KNIL di Tangsi Lorong Belawan sampai pergantian zaman pendudukan Dai Nippon. 

Dalam suasana tangsi prajurit inilah cerita suka-duka hidup digambarkan secara lincah dan seringkali lucu dengan bahasa prokem khas daerah beserta dengan tingkah polah anak kolongnya.

Berdasarkan pengalaman,serta  pengamatan atas kehidupannya sendiri Suparta Brata mengajak kita menengok sisi manusiawi dan perjuangan anak manusia bernama Teyi yang tidak puas akan kondisi hidup yang dijalaninya,

" Itu yang membuat Teyi berbeda dengan mereka. Teyi tumbuh bersama kemiskinan tangsi, tapi Simboknya memerangi kemiskinan karena disulut dendam terhadap Mbokde Camik. Sejak kecil Teyi dididik untuk memerangi kemiskinan. Kemiskinan bukanlah takdir. Kehidupan harus diubah dengan kerja keras. Bekerja, bekerja, bekerja, kata simbok. Lalu ia bertemu Putri Parasi. Dari Putri Parasi Teyi mendapat kiat tambahan. Kemiskinan dilindas dengan keinginan, dengan cita-cita, belajar serta berlatih. Cita-cita dan belajar untuk tidak menjadi miskin, untuk menjadi bangsa Jawa yang berperadaban tinggi. Cita-cita dan belajar artinya pendidikan. Oleh Putri Parasi Teyi dididik, dididik, dididik, dibiasakan menjadi manusia pembelajar. Itulah yang menyebabkan Teyi berbeda dengan orang Jawa di sekitarnya, orang Jawa di tangsi, di desa, di gerbong kereta api. Mereka seperti hidup tanpa daya, Tapi Teyi hidup dengan rangsangan cita-cita, semangat belajar dan kerja keras." ( Mahligai Di Ufuk Timur, hal: 115 )

Hidup dengan harapan dan cita-cita inilah yang bisa menyemangati kita untuk terus berkarya. Keadaan lingkungan boleh mendukung atau pun tidak namun dengan bekal harapan dan cita-cita itulah yang bisa membuat kita mengubah dunia sekitar kita. Dan pendidikan menjadi sebuah hal yang penting sekali untuk bisa mewujudkan harapan dan cita-cita itu,

" Teyi diajari menyembah dengan baik dan benar untuk menghormati orang tuanya, para priyagung, orang yang tinggi martabat atau pangkatnya. Diajarkan cara menyembah demikian agar Teyi tahu sopan-santun. Sopan -santun adalah bagian budi pekerti. Sopan-santun adalah tata tertib dalam kehidupan masyarakat bersama. Sopan santun adalah bagian dari budi pekerti, hal yang ditekankan Putri Parasi dalam menggembleng Teyi. Siapa yang bisa menerapkan budi pekerti luhur, dialah orang yang terhormat. Dialah orang yang beradab. Menghormati orang lain adalah menjunjung tinggi martabatnya pribadinya sendiri." ( Mahligai Di Ufuk Timur, hal 70)

Lewat novel triloginya ini, Suparto Brata menggugah kita untuk menelisik sesuatu yang ada dalam gejolak batin manusia. Sebuah perjuangan yang merupakan perang bukan saja menghadapi Belanda, atau Jepang tapi adalah juga perang yang selalu muncul antara tindakan yang baik maupun buruk, tepat atau tidak tepat dalam kehidupan keseharian kita. 

Kita bisa menengok tabiat tokoh-tokoh yang ada dalam novel ini, dan mencoba mengaca diri  " Apakah aku seperti Mbokde Camik, Lik Manguntaruh, Dasiyun, Keminik ataukah seperti Putri Parasi ?" Sebuah pesan tentang perjuangan mengubah nilai-nilai yang semestinya ditinggalkan karena sudah usang, sudah memasuki senjanya zaman kuno untuk diganti memasuki zaman baru yang lebih baik. Setiap kita diajak untuk menentukan nasib zaman,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun