Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak untuk Satinah

28 Maret 2014   03:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak Untuk Satinah

Nah,
Apa kabarmu hari ini?
Entah disana saat ini siang ataukah malam; aku tak tahu
Kubayangkan dirimu meringkuk di sudut ruang jeruji menunggu mati

Nah,
Menunggu memang pekerjaan membosankan
Apalagi menunggu mati; itu pasti bikin ngeri

Nah,
Kuharap ini adalah tragedi terakhir kali
Anak negeri harus menunggu mati
Oleh hukum purba yang tidak manusiawi
Mata balas mata
Nyawa balas nyawa

Nah,
Mengingatmu membuat aku ingat sebuah nama
Nama yang hampir mirip, sama
Mungkin kamu tidak tahu Zaman dulu
ada sebuah nama yang melegenda dalam sejarah kita
Berkat tulisan indah dari Presiden pertama kita
Sarinah namanya

Nah,
Hanya doa yang bisa kupersembahkan
Selain rangkaian kata tanpa makna
Tidak seperti Gubernur Jakarta
Yang dengan jiwa merdeka
Menggalang dana untuk membayar diyat
Agar kamu tidak jadi mayat
"Duka Satinah adalah duka kita
Derita Satinah adalah derita kita",
demikian, Jokowi mengajarkan kepada kita
nilai kebersamaan sebuah bangsa

Nah,
Smoga kita dapat belajar tragedi ini darimu
Jadilah Sarinah yang setia mengabdi di tanah airnya
Cukup sudah cerita luka Satinah bangsa
Meski gaji (mungkin) tidak mencukupi
Berbahagialah hidup di negeri sendiri
Jangan lagi menyusahkan negara yang tidak bisa mengurus warganya

Nah,
Sampai jumpa kembali di Indonesia
Negeri kaya yang ternyata masih miskin karakter bangsa
Indonesia yang muram oleh perilaku-perilaku kejam
Memperdagangkan manusia seperti dirimu
Yang dengan bangga disebut pahlawan devisa

Nah,
Kita rindu pemimpin yang menghargai perempuan
Yang kepalanya menunduk untuk para perempuan yang terluka
Kepada merekalah masa depan dapat dibangun kembali
Dengan darah dan air mata
Dengan peduli dan cinta

Bukit Pelangi, Maret 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun