Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena kejahatan remaja meningkat secara signifikan di Indonesia.
 Beragam kejadian menarik perhatian masyarakat, mulai dari tawuran geng hingga penyalahgunaan narkoba dan pelanggaran tata tertib sekolah.
 Situasi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan generasi muda dan memerlukan peran aktif  berbagai pemangku kepentingan, terutama keluarga dan lembaga pendidikan.
 Salah satu penyebab utama terjadinya kenakalan remaja adalah kurangnya pengawasan  orang tua.
 Di era digital, banyak remaja yang menghabiskan waktu di media sosial atau melakukan aktivitas tidak produktif tanpa pengawasan yang baik.
 Kurangnya komunikasi dan keintiman antara orang tua dan anak membuat remaja lebih rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungannya.
 Selain itu, pergaulan yang salah dan tekanan  teman sebaya juga menjadi pemicu terjadinya kenakalan remaja.
 Kaum muda yang ingin menjadi bagian dari kelompok tertentu mungkin merasa perlu untuk berpartisipasi dalam perilaku yang sebenarnya tidak sejalan dengan nilai-nilai  baik, seperti merokok, minum minuman keras, dan bahkan kejahatan kecil-kecilan.
 Institusi pendidikan tidak melalaikan tanggung jawabnya dalam menangani kenakalan remaja.
 Kurikulum yang  mengedepankan pendidikan karakter dan kegiatan ekstrakurikuler pendidikan seperti kepramukaan dapat menjadi solusi untuk menyalurkan energi dan kreativitas remaja ke arah yang lebih positif.
 Sekolah juga perlu bekerja lebih erat dengan orang tua untuk memantau kemajuan akademik dan sosial siswa.