Biasanya apa yang kalian lakukan ketika ada temen yang lagi curhat tentang masalah yang dia hadapi? Well, sebagian besar pasti akan mengatakan "semangat ya, udah ga usah dipikirin" atau "diambil positifnya aja deh". Tapi sebenernya gak semua orang mampu menerima kalimat positif sebagai hal yang positif, justru bagi sebagian orang kalimat positif yang diberikan malah bikin gak nyaman atau kesal.Â
Contoh kalimat positif tadi malah akan membuat seseorang jatuh ke dalam toxic positivity dan faktanya hal ini akan membawa dampak buruk di circle pertemanan kalian.
Lalu apa sih toxic positivity itu? Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif. Jika hal ini dilakukan secara berlebihan di setiap situasi akan berdampak buruk bagi kondisi kesehatan mentalnya. Orang yang mengalami toxic positivity biasanya gak mau menerima segala sesuatu yang akan memicu emosi negatif misalnya sedih, takut dan marah. Maka dari itu toxic positivity juga disebut sebagai bentuk kekerasan mental.
Toxic positivity sering banget terjadi di circle pertemanan. Biasanya sih terjadi ketika ada temen yang lagi curhat tentang masalah hidupnya dan biasanya kalian respon seperti ini "udah jangan sedih lagi!" atau "yang sabar ya, nanti dapat ganti yang lebih baik". Secara tidak langsung respon yang kalian berikan bersifat menuntut, akibatnya temen kalian merasa terhambat dalam merasakan emosi negatifnya.Â
Namun ada beberapa orang yang merasa fully motivated ketika kalian memberikan respon seperti itu. Jadi, toxic positivity tidak akan menjadi masalah yang serius jika datang di orang yang tepat. Sebaliknya jika datang ke orang yang salah pasti akan merusak kesehatan mentalnya.Â
Contohnya: seseorang akan merasa paling positif/benar/bahagia sampai-sampai dia tidak merasa bersalah ketika dia melakukan kesalahan. Bahayanya ketika kalian dicurhati oleh temen kalian yang memiliki sifat berlainan arah. Akibatnya temen kalian enggan untuk berbagi cerita yang kedua kalinya. Menarik bukan?
Nah berikut ini cara tepat untuk menanggapi curhatan agar tidak toxic positivity:
- Pahami kondisi dan karakter lawan bicaramu, ingat setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam penyelesaian suatu masalah. Contohnya, kamu memberikan kata-kata motivasi tapi dia nggak nyaman dengan hal itu. Akibatnya dia akan malas bahkan tidak mau untuk bercerita lagi.
- Beri waktu untuk menyampaikan emosi negatifnya. Contohnya, izinkan lawan bicaramu untuk menangis/sedih/marah dengan begitu dia akan tenang lalu sampaikan hal-hal baik sebagai penyelesaian masalah yang sekiranya dapat diterima oleh lawan bicaramu.
Jika kamu berada di posisi orang yang curhat (pencurhat), maka kamu memiliki hak untuk mengungkapkan jika kamu merasa tidak nyaman dengan kalimat-kalimat yang diutarakan oleh temanmu. Hal ini perlu kalian lakukan supaya circle pertemanan kalian sehat dan baik-baik saja.Â
Nah, jadi gimana? selama ini kalian udah pernah di toxic positivity belum? Jika kalian pernah menjadi orang seperti itu atau sedang mengalaminya, kalian bisa pelan-pelan mengurangi toxic positivity itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H