Mohon tunggu...
Nia Nurkhanifah
Nia Nurkhanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi | Penulis Lepas

Seorang pembelajar sepanjang hayat. Menjadikan tulisan sebagai catatan kenangan untuk anak dan cucu. Dengan sebuah prinsip "Ilmu tanpa amal adalah kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peribahasa Jawa tentang Giat Bekerja tapi Suka Pamrih

27 Juni 2021   16:34 Diperbarui: 27 Juni 2021   16:36 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe

Bekerja adalah kegiatan yang diinginkan oleh setiap orang, seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan yang mapan, lingkungan kerja yang bagus, gaji yang besar adalah harapan bagi setiap orang yang bekerja. 

Apalagi jika seseorang ingin naik pangkat/jabatan, ia pasti akan bekerja secara maksimal. Namun, tanpa disadari sikap dalam bekerja yang seperti itu akan berdampak buruk. 

Masalah-masalah seperti ini seringkali ditemui di lingkungan kerja yang bersifat kompetitif, dimana setiap pegawai nya akan berlomba-lomba untuk menjadi pegawai terbaik demi naik jabatan atau kelangsungan usia pekerjaanya. 

Menurut masyarakat jawa, etika dan moral sangat diperhatikan bahkan di bidang pekerjaan. Kita tahu bahwa masyarakat jawa adalah notabene orang yang giat dan rajin bekerja. 

Masyarakat jawa biasanya mengajarkan peribahasa-peribahasa tentang kehidupan dan pendidikan kepada anaknya sejak usia dini. 

Peribahasa dikenal dengan paribasan yang biasa digunakan untuk menyampaikan pesan, nasehat, sindiran, dan teguran kepada orang lain lewat bahasa yang lumrah digunakan oleh masyarakat Jawa. 

Peribahasa yang sesuai untuk masalah dalam hal pekerjaan adalah "Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe". Dalam bahasa jawa, peribahasa tersebut berarti "Tumandang Gawe Tanpa Duwe Melik". 

Maknanya dalam bekerja seseorang harus melakukannya dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan atau pamrih. Peribahasa ini cocok digunakan sebagai filsafah dalam bekerja, mengingat saat ini semakin dikit orang yang giat bekerja tanpa mengharap imbalan. Tidak hanya dalam bidang pekerjaan saja, dalam proses menuntut ilmu pun juga harus sepi ing pamrih, rame ing gawe. 

Peribahasa-peribahasa lokal atau kedaerahan patut kita lestarikan karena tidak hanya sebagai pesan dan nasihat. Setiap peribahasa pasti memiliki makna dan dapat digunakan sebagai filsafah atau pandangan hidup dalam suatu hal. Begitupun dengan peribahasa yang menggunakan bahasa Indonesia juga patut kita perhatikan dan kita jaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun