Mohon tunggu...
Sunita Saragih
Sunita Saragih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya suka menulis puisi dan cerpen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotika Cs Pierce dalam Sajak Putih Chairil Anwar

13 Desember 2023   18:22 Diperbarui: 13 Desember 2023   19:01 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep semiotika CS. Peirce disebut sebagai trikotomi, yaitu terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Konsep ini ditemukan oleh Charles Sanders Pierce beliau merupakan seorang ilmuan yang berasal dari Amerika. Charles Sanders Pierce adalah seorang ahli filsafat pragmatism ahli logika, dan matematika. Peirce juga merumuskan teori semiotika sekitar waktu sama dengan Saussure. Istiilah Pragmatisme adalah ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menurut tindakan.

 Semiotika adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tanda-tanda atau simbol dalam bahasa dan komunikasi. Dalam konteks sastra, semiotika Charles Sanders Peirce dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra, termasuk puisi. Pada tulisan ini, kita akan menggunakan semiotika Peirce untuk menganalisis sajak "Putih" karya Chairil Anwar.

 Dalam semiotika Peirce, ada tiga unsur dasar yang memainkan peran penting dalam analisis tanda, yaitu: tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant). Mari kita menerapkannya pada sajak "Putih" Chairil Anwar:

Tanda (Sign):

Dalam konteks puisi, tanda adalah kata-kata dan simbol yang digunakan oleh penyair. Dalam sajak "Putih," tanda-tanda mencakup kata-kata yang digunakan oleh Chairil Anwar untuk menggambarkan suasana, objek, dan perasaan yang ingin disampaikannya. Misalnya, kata "putih," "dingin," dan "pucat" adalah tanda-tanda yang merujuk pada elemen-elemen visual dan emosional dalam puisi ini.

Objek (Object):

Objek adalah apa yang diwakili oleh tanda-tanda. Dalam sajak "Putih," objek dapat berupa pemandangan alam, suasana hati, atau bahkan konsep kehidupan dan kematian. Chairil Anwar menggunakan kata-kata dan gambaran visual untuk menggambarkan objek-objek ini, seperti "bulir embun di pagi hari," "putih yang membeku," dan "tubuhku mati."

Interpretan (Interpretant):

Interpretan adalah cara di mana pembaca atau penikmat puisi memahami atau menafsirkan tanda-tanda yang digunakan oleh penyair. Dalam sajak "Putih," interpretan dapat berbeda-beda bagi setiap pembaca. Beberapa mungkin menafsirkan puisi ini sebagai refleksi tentang kehidupan dan kematian, sementara yang lain mungkin melihatnya sebagai ekspresi kesepian dan ketidakpastian.

Dalam analisis semiotika Peirce, penting untuk mengidentifikasi hubungan antara tanda, objek, dan interpretan. Chairil Anwar menggunakan tanda-tanda dalam puisinya untuk menciptakan gambaran yang kuat tentang objek-objek yang ingin dia ungkapkan, dan interpretan akan bervariasi tergantung pada pengalaman dan persepsi individu pembaca.

Sajak "Putih" karya Chairil Anwar adalah contoh bagus bagaimana semiotika Peirce dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami karya sastra. Dalam puisi ini, tanda-tanda bahasa digunakan untuk menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam tentang objek-objek dan perasaan yang ingin disampaikan oleh penyair, sementara interpretan akan terus berkembang seiring dengan pengalaman pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun