Mohon tunggu...
suniati karim
suniati karim Mohon Tunggu... -

suniati karim sedang bersekolah di Sekolah Tinggi Agama Islam STAIN Sorong Prodi PAI Jurusan Tarbiyah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Duka Pendidikan Wilayah Pedalaman

2 Desember 2013   08:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:26 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan suatu Negara tidak hanya ditentukan oleh perkembangan politiknya maupun perkembangan ekonominya. Tetapi, keberhasilan suatu Negara dapat ditentukan juga oleh tingkat perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam hal ini, perkembangan dunia pendidikannya. Dimana Negara Indonesia ini, merupakan Negara yang masih dalam tahap atau termasuk dalam Negara berkembang. Jadi, jika Negara ini inigin dapat berkembang menuju Negara yang dapat berkembang sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai. seharusnya Negara ini, tidak hanya memperhatikan serta meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan yang berada di ibu kota saja serta di kota-kota besar lainnya. Tetapi seharusnya pemerintahan atau Negara ini juga harus memperhatikan serta meningkatan kemajuan pendidikan di wilayah-wilayah terpencil atau pendalaman, serta di daerah-daerah perbatasan antara Indonesia dengan Negara-negara perbatasan lainnya, yang masih jauh dari perhatian pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintahan pusat maupun daerah, itu antara lain dari segi aspek transportasi, kesenjangan ekonomi masyarakat setempat, serta infrastruktur sekolah yang tidak memadai.

Mirisnya pendidikan di daerah pedalaman. Pendidikan di daerah pedalaman masih jauh dari kata layak, jika dilihat dari aspek ekonomi penduduknya yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan, yang dapat dikategorikan masyarakatnya miskin. Jikat kita bandingkan antara sekolah-sekolah yang berada dibagian perkotaan dengan sekolah-sekolah yang berada di pedalaman-pedalaman, sangat berbanding terbalik. Di perkotaan sekolah-sekolah secara keseluruhan mempunyai sarana dan prasarana yangsangat memadai, seperti tersedianya fasilitas computer, laboraturium, serta ada juga sekolah-sekolah yang sudah tersedia jaringan Ineternet maupun Wi Fi. Selain itu, sekolah di perkotaan juga memiliki tenaga pengajar atau guru-guru yang dalam mengajar bidang studi yang sesuai dengan kemampuannya, dan hanya mengajar satu bidang studi mata pelajaran saja. Tetapi, lain halnya dengan sekolah-sekolah yang berada di pedalaman-pedalaman. Meskipun ada sebagian bangunan sekolah yang sudah berdindingkan tembok, tetapi tidak memiliki sarana dan prasarana yang tidak memadai atau dapat dikatakan sarana dan prasarana yang tidak mendukung dalam proses belajar mengajar.

ketertinggalannnya pendidikan di daerah pedalaman, bukan hanya disebabkan oleh faktor-faktor tidak tersedianya sarana dan prasarana saja. Factor lain yang mendukung ketertinggalannya pendidikan di daerah pedalaman ialah tenaga pendidik atau pengajar. Secara tidak keseluruhan, tenaga pengajar yang berada di pedalaman-pedalaman kurang mendapat perhatian dari pemerintahan daerah. secara naluri yang dimiliki oleh seorang pendidik maupun sorang pengajar, baik di perkotaan maupun pedalaman menginginkan anak didik atau murid-murid mereka dapat membaca tulis, serta mengerti dan memahami pelajaran-pelajaran yang telah diberikan. Tetapi, bagaimana jika seorang tenaga pengajar di pedalaman yang tidak secara keseluruhannya, hanya melaksanakan tugasnya tidak pada setiap hari yang sesuai dengan jam sekolah pada umumnya. Kebanyakan dari mereka hanya dapat mengajar dengan waktu yang tidak lama, kira-kira hanya dalam waktu 2 minggu dan paling lambat hanya selama 1 bulan. Hal ini tentunya, terjadi karena ada alasan khusus mengapa hal ini bisa terjadi. hal ini terjadi karena tidak tersedianya fasilitas yang di berikan ke pada tenaga pengajar, dimana rumah-rumah yang mereka tempati hanya berdindingkan dari pelepah sagu serta susah untuk mendapatkan lauk pauk, para pengajar biasanya hanya makan makanan instan yang sudah mereka bawa dari kota saja. Inilah salah satu hal, yang menyebabkan mengapa pengajar-pengajar tidak cukup kerasan untuk berlama-lama tinggal disana, dan juga para pengajar juga memiliki sanak saudara yang tinggal di perkotaan. Selain factor diatas, terdapat juga factor lain yang dapat mengambat terciptannya generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas. Factor itu tidak lain ialah orang tua wali murid. Dimana, dalam proses belajar mengajar aka ada saatnya penentuan naik atau tidaknya seorang siswa ke tingkat yang lebih tinggi. Tetapi pada kenyataannya jika pada tahap pembagian hasil belajar yang telah dilakukan selama berbulan- bulan (pembagian rapor), tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh orang tuanya atau dengan kata lain anak mereka tidak naik kelas. Para wali murid semuanya marah-marah atau tidak terima, mengapa anak mereka tidak naik kelas atau bahkan tidak lulus. Para orang ini tidak terima anak mereka tidak naik kelas ini, dengan menggunakan cara kekerasan. Seharusnya orang tua dapat mengerti bagaimana dan mengapa sampai bisa anak-anak mereka tidak naik kelas atau tidak lulus, sebagai orang tua harusnya dapat mengintropeksi diri sendiri, sehingga hal-hal seperti ini dapat terjadi dan bukan hanya dapat menyalahkan seorang pendidik saja terus-menerus.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun