Berita-berita yang sekarang ini sangat mudah untuk dicari menjadikan banyak netizen untuk cenderung untuk berbagi melalui akun pribadi media sosialnya. Tujuan dari sharing ini bermacam-macam, entah hanya untuk berbagi tanpa maksud apapun, menyuarakan aspirasi, ataupun sebenernya tanpa sadar bisa jadi semacam self talk.
Dengan semakin banyaknya kanal-kanal berita yang berasal dari netzine, news online, personal blog, ataupun situs-situs yang secara eksplisit menyuarakan ke"kiri"an mereka, seharusnya menjadikan pembaca lebih bijak buat menyaring berita atau mengklarifikasi berita (kalo di metode penelitian sih namanya triangulasi data).
Tapi terkadang yang jadi masalah adalah bagaimana kita tau kalau triangulasi yang kita lakuin itu benar kalau referensi artikel yang dibaca juga belum tentu benar? Kalau menurut hemat saya sih, yang sebenernya jg masih pemula sebagai pembaca, mendingan baca artikel yang memuat data valid kalau engga di artikel tersebut mencantumkan sumber dari data. Dengan maksud mencegah spekulasi ria yang terkadang bisa bikin perpecahan satu sama lain, padahal yang di"pecah"in itu sih belum tentu bener adanya.
Bahkan news online yang punya kredibilitas yang baik sekalipun belum tentu semua artikel yang mereka rilis berisi berita yang valid. Seperti yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu Natgeo Indonesia pernah dipertanyakan kredibilitasnya gara-gara merilis artikel yang membahas mengenai adanya kemungkinan titanic ditenggelamkan oleh alien sumber
Dan akhirnya setelah diselidiki ternyata Natgeo Indonesia menyadur mentah-mentah artikel dari Weekly World News (yang diteruskan juga oleh ufosee.com) yang berspesialisasi sebagai netzine olok-olok. Dan netzine seperti ini memang tidak bermaksud untuk menyebar berita bohong, tapi menyindir berita simpang siur dengan sarkas sebagai bahan bercandaan dan terlihat seperti berita sungguhan kalau tidak dikroscek terlebih dahulu.
Selain Weekly World News ada banyak netzine humor seperti ini. Kalau tidak diperiksa secara seksama terlebih dahulu bisa terjadi bias. Sebenernya simpel, tapi triangulasi data bisa berdampak yang sangat besar kalau dipikir lebih luas.
Lanjut lagi. fenomena yang terjadi ketika ada bencana nasional ataupun internasional biasanya para netizen menyuarakan aspirasinya lewat postingan dengan dengan mencantumkan #save....... Menurut saya langkah ini sangat berguna juga kok untuk menyuarakan simpati dan empati. Karena dengan semakin banyaknya hashtag suatu topik dan menjadi trending topic akan membangkitkan empati massal yang akhirnya dapat menggerakkan instansi manapun untuk membantu, semisal NGO yang berkaitan ataupun instansi pemerintah yang (mungkin) masih peduli.
Tapi terkadang simpati dan empati itu menjadi salah ketika langkah hashtag yang dilakukan tanpa pikir panjang. Pikir panjang disini maksudnya ya triangulasi data tadi.
Sebenarnya bila dipergunakan dengan benar, media online berguna banget buat banyak hal. Seperti yang terjadi di negara-negara maju. Kenapa kita ga bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H