Mohon tunggu...
HS Wiedjaya
HS Wiedjaya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

berjiwa Jawa, berpikiran Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Posisi (Seharusnya) Kamera dalam Siaran Sepakbola

2 Maret 2011   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12990532471516284584

Sebagai seorang pecinta sepakbola, penulis hampir tidak pernah melewatkan pertandingan sepakbola yang disiarkan langsung di televisi. Baik itu liga lokal maupun internasional. Dari segi kualitas penyajian siaran, televisi-televisi lokal sepertinya masih harus banyak belajar. Seringkali pemirsa disuguhi tayangan wanita-wanita "cantik" dengan durasi pengambilan lebih dari 10 detik. Lebih parahnya lagi, pengambilan dilakukan ketika pertandingan sedang berlangsung. Dari siaran sepakbola liga internasional, penonton televisi akan disuguhi tontonan yang bisa dibilang sangat memuaskan. Seperti penayangan ulang terjadinya gol yang diambil dari berbagai sudut, penayangan ulang terkait offside dan pelanggaran. Hal ini tentunya tidak kita dapatkan ketika menonton langsung di stadion. Namun kepuasan tersebut akan berbalik 180 derajat ketika menonton siaran langsung sepakbola liga lokal, khususnya ISL (LPI sudah agak mendingan meskipun masih perlu ditingkatkan lagi). Jangan harap pemirsa mendapatkan sajian seperti kita menonton liga internasional. Padahal, banyak keputusan wasit dalam setiap pertandingan ISL yang tidak jarang mengundang perdebatan. Seringkali tayangan ulang yang disajikan tidak mampu mengobati rasa penasaran pemirsa atas apa yang terjadi. Bahkan ada opini yang berkembang di masyarakat bahwa ketiadaan tayangan ulang tersebut merupakan kesengajaan. Hal ini tidak terlepas dari rumor bahwa banyak pertandingan ISL sudah direkayasa untuk memenangkan salah satu tim. Penulis mencoba berbaik sangka, mungkin ketiadaan tayangan ulang tersebut dikarenakan tidak adanya kamera yang mampu merekam seluruh sudut lapangan. Artinya hal ini berkaitan dengan penempatan posisi kamera di dalam stadion atau bahkan keterbatasan jumlah kamera yang digunakan. Lalu bagaimana seharusnya penempatan kamera yang pas sehingga dapat mengabadikan seluruh kejadian-kejadian tersebut? Penulis berpendapat jumlah kamera minimal yang diperlukan untuk siaran langsung sepakbola adalah 7 buah. Dengan penempatan posisi kamera yang pas (the right camera on the right place), 7 buah kamera sudah dapat merekam seluruh jalannya pertandingan sepakbola dari berbagai sudut. Dari ilustrasi di atas, kamera A adalah kamera utama. Penempatan posisi kamera B dan C sangat membantu untuk merekam kejadian offside. Tentunya masih segar dalam ingatan pembaca terkait dianulirnya gol Carlos Vela ke gawang Afrika Selatan dalam pertandingan pembukaan Piala Dunia 2010 yang lalu. Tayangan ulang yang disajikan mampu menjawab rasa penasaran penonton televisi. Kamera D dan E akan sangat membantu ketika terjadi pengambilan tendangan sudut. Tidak jarang penendang akan mengambil keuntungan dengan menempatkan bola di luar lingkaran sudut yang sudah ditetapkan. Kamera ini juga dapat mengabadikan apakah sebuah bola sudah melewati garis gawang atau belum. Sedangkan kamera F dan G yang ditempatkan di belakang gawang akan merekam seluruh kejadian yang terjadi di sekitar gawang. Dengan penempatan kamera seperti ini dijamin pecinta bola yang menikmati siaran langsung dari televisi akan puas. Namun, ada satu pertanyaan yang masih mengganjal di benak penulis. Sudahkah seluruh stadion yang ada di Indonesia menyediakan tempat khusus untuk kamera B,C,D an E?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun