Mohon tunggu...
Sunaryo Syam
Sunaryo Syam Mohon Tunggu... lainnya -

Belajar di universitas hasanuddin Makassar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Bilang Seorang Ibu negara Tidak Penting ???

25 Mei 2014   00:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wanita punya banyak hal positif yang selama ini jarang diungkapkan oleh seorang pria. Kita (pria) sering terpaku hanya pada bentuk fisik dan perawakan wanita semata. Padahal, ada sisi hebat dari seorang wanita yang jarang menjadi bahan pembicaraan kaum pria dan sering kita kesampingkan.

Pada masa Baginda Rasulullah SAW, beliau mampu menjadi seorang suri tauladan yang baik  untuk seluruh umatnya. Bagaimana beliau berjuang dan berdakwah untuk Islam dibantu oleh wanita yakni Khadijah, Aisyah dan beberapa wanita hebat lainnya dalam hidup beliau.

Demikian juga dalam sejarah pemerintahan Indonesia, Pada masa presiden Soekarno memang banyak wanita yang ada di sekitarnya, namun tanpa niat mengesampingkan peran wanita-wanita lainnya, sebagaimana yang dikisahkan dalam buku-buku sejarah, ibu inggit adalah istri soekarno yang lebih banyak mengalami kepahitan dan kesulitan dalam menemani Sukarno muda sejak masih mahasiswa ITB. Di masa-masa saat Sukarno ditangkap dan dipenjarakan, ibu Inggit berperan sangat besar untuk membangkitkan kembali semangat Sukarno yang sempat hancur karena harus hidup dalam jeruji besi. Ada kalanya Inggit harus berjalan kaki demi mengunjungi Sukarno di penjara dan membawakan buku-buku seperti yang diminta Sukarno untuk dibawakan. Ibu Inggit bahkan sempat harus berpuasa selama tiga hari agar buku yang diminta Sukarno bisa disisipkan di perutnya tanpa menimbulkan kecurigaan dari penjaga penjara. Selama dalam penjara inilah, Sukarno menulis naskah pidato "Indonesia Menggugat", yang sangat melegenda dan yang digunakannya sebagai pembelaannya di persidangan.  Sekalipun ibu Inggit yang telah mendampingi Soekano melewati masa-masa sulit dalam perjuangan pergerakan menuju Indonesia merdeka tak bisa memetik buah pengabdiannya saat Sukarno menjadi presiden, tak pernah menjadi First Lady negeri ini dan menikmati hidup dalam Istana Negara, tapi di hati Sukarno nama dan peran Inggit Garnasih mungkin takkan pernah bisa digantikan.

Dalam era orde baru, Soeharto pun punya sosok powerfull yakni Ibu Tien Hartinah. Nama ibu Tien melekat dibenak rakyat karena kesetiaannya mendampingi soeharto saat bertugas. Zaman kepemimpinan Soeharto, semua tahu peran Ibu Negara Fatimah Siti Hartinah tidak kecil. Ibu Tien, adalah Ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada 28 Agustus 1968.Ibu Tien juga yang menggagas pembangunan miniatur Indonesia, yang diberi nama Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Yang Konon, ide tersebut diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual. Oleh sebab itu, Ibu Tien kemudian mengusulkannya agar dibuat taman tersebut. Meskipun dalam masa pembangunannya menuai banyak kritik dengan alasan pemborosan saja dan tidak ada artinya. Namun, sekian tahun kemudian para pengkritik akhirnya mengakui manfaatnya."

Pada masa pemerintahan Habibie, kita mengenal sosok ibu ainun. Pada saat Habibie menjadi Wakil Presiden, Ibu Ainun adalah seorang yang dengan tulus ikhlas membantu mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Dalam buku karangan Habibie “Detik-detik Yang Menentukan” tergambar dengan sangat baik bagaimana Ainun mendampingi Habibie dalam kondisi yang sangat gawat dan krusial. Habibie dalam sebuah cerita yang panjang memasukkan dengan gamblang apa saja yang dilakukan Ainun dalam mendampinginya dan Ainun pula yang menjadikan Habibie selalu tenang dan matang dalam mengambil sebuah keputusan. Selama menjadi Ibu negara Ainun menunjukkan dedikasi dan pengabdiannya pada suami dan pada negara sekaligus. Tahun 1999 ketika BJ Habibie menjadi presiden Indonesia keadaan Republik indonesia saat itu sedang berada dalam keadaan yang kacau balau. Namun di tengah gemuruh kekacauan tersebut ibu Ainun mampu menempatkan diri sebagai Ibu Bangsa yang melayani dan mendukung suami sekaligus menjadi “Ibu” untuk “200″ juta rakyat Indonesia. Kekuatan cinta yang tulus antara Habibie dan Ainun yang membuat Habibie menjadi salah satu tokoh nasional yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

[caption id="attachment_338117" align="aligncenter" width="640" caption="BJ. Habibie dan Ibu Ainun"][/caption]

Era kepemimpinan SBY, kita mengenal Ibu Ani Yudhoyono. Terlepas dari segala kontroversinya, menurut saya, selama hampir sembilan tahun menjadi ibu Negara, ibu ani cukup berkontribusi di kegiatan-kegiatan sosial membantu pemerintahan Sby. Hal itu tercermin melalui berbagai kegiatan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). SIKIB dibentuk oleh Ani Yudhoyono pada 2005 lahir dari dari sebuah rasa keprihatinan mendalam yang kemudian diterjemahkan dalam sejumlah kegiatan sosial baik di bidang pendidikan, kesehatan, kesejahtaeraan masyarakat maupun di bidang lingkungan, sosial, dan budaya.

Masih terlalu banyak kisah pemimpin yang menggambarkan dukungan seorang wanita, namun dari sepenggal sejarah itu saja kita dapat memahami bahwa lelaki harus mengakui betapa besar pengaruh dan dukungan seorang wanita dalam perjalanan hidupnya. Dalam pemerintahan, yang sering menjadi pemberitaan di media masa saat ini adalah mengenai kehebatan dari suatu sistem kepemimpinan dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin, baik itu gubernur, presiden, maupun seorang raja. Tapi terkadang suatu hal yang luput dari mata publik adalah mengenai siapa orang yang berada dibalik kegemilangan seorang pemimpin tersebut. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Di balik seorang tokoh, selalu tersembunyi peran dua perempuan hebat, yaitu ibu dan istri,” sebuah opini yg bagi saya memang sulit terbantahkan.

Tidak ada data yang menunjukkan apakah presiden Indonesia dipertimbangkan berdasarkan siapa istrinya. Namun menurut saya perananan perempuan, khususnya istri presiden sangat vital. Sebagai negara patriarkis yang menganut ibuisme, peran wajib perempuan sebagai istri dan ibu harus dipertontonkan.Melalui tulisan ini, penulis hanyaingin mengungkapkan harapan akan hadirnya pemimpin baru dengan sosok ibu negara yang dapat menjalankan fungsinya sebagai ibu negara sebagaimana mestinya, karna perempuan adalah figur penting dibalik kesuksesan seorang pemimpin. Sekaligus refleksi diri penulis yang merindukan sosok perempuan yang setia mendampingi dan memberi support dalam menjalani lika-liku kehidupan.

Makassar,24 Mei 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun