[caption id="attachment_123831" align="aligncenter" width="432" caption="Tri Mumpuni"][/caption] Tri Mumpuni: Membantu Masyarakat tak Perlu Menunggu Kaya Oleh: Nazlus Shobah
Baru-baru ini, salah satu perempuan peraih penghargaan Ramon Magsasay, Tri Mumpuni, berkunjung ke Rumah Gemilang Indonesia (RGI) Al-Azhar Peduli Ummat. Ia dan rombongan dari London, mengadakan dialog sederhana tentang program membantu masyarakat miskin di Indonesia yang sudah dilakukan Al-Azhar Peduli Ummat. Salah satu program Al-Azhar Peduli Ummat dengan perempuan yang dipuji Presiden Barack Obama atas dedikasinya membangun listrik untuk masyarakat miskin ini, adalah Cahaya 1000 Desa. Yakni, program membangun kawasan desa religi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro (PLTPH). Selain mengupas target untuk 1000 Desa itu, Tri Mumpuni yang juga tokoh perubahan versi Republika ini, mempelajari aktivitas sosial apa saja yang sudah dilakukan Al-Azhar Peduli Ummat dalam kurun 7 tahun ini. Ia juga melihat langsung, aktivitas diklat di RGI dan mengamati aktivitas penanganan bencana dan kemiskinan Al-Azhar Peduli Ummat. “Anda masih muda-muda, tapi sudah banyak karya Anda untuk masyarakat”, tandas Tri Mumpuni di sela dialog dengan Wakil Direktur Al-Azhar Peduli Ummat, Sunaryo Adhiatmoko. “Benar kata Anda, untuk menolong orang dan membantu masyarakat tidak harus menunggu kaya. Itu yang juga saya lakukan. Saya tidak kaya dulu lalu membantu orang, tapi dengan keikhlasan dan kerja keras Allah akan selalu menolong kita”, motivasi Tri Mumpuni pada Al-Azhar Peduli Ummat. Pulang dari RGI, Tri Mumpuni menulis pendek di jejaring sosial Face Book milik Sunaryo Adhiatmoko: "Mengunjungi Rumah Gemilang Al Azhar Peduli Umat siang tadi mengingatkan saya pada surat at-Tallag 2 dan 3, semua dengan modal dengkul kecuali percaya pada Allah dapat mewujudkan impian membantu orang, selamat untuk teman-teman RGI", Tri Mumpuni. Dua tahun terakhir ini, dalam catatan aktivitasnya, Al-Azhar Peduli Ummat terus melakukan terobosan program pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah secara inovatif. Tahun ini saja misalnya, Al-Azhar Peduli Ummat melaunching program Cahaya 1000 Desa. Yakni, program pembangunan masyarakat untuk kawasan Desa Religi melalui pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro (PLTPH). Program yang didedikasikan untuk masyarakat di desa-desa terpencil ini, bekerjasama dengan Tri Mumpuni dari IBEKA dan didukung Metro TV. Salah satu desa yang sudah jadi penerima program ini, adalah Desa Sibenteng, Cianjur Selatan. Kreatifitas lembaga ini tak cukup disitu, sukses mengelola Rumah Gemilang Indonesia (RGI), yang jadi pusdiklat untuk generasi produktif dengan lulusan yang diserap dunia kerja dan jadi wirausaha, Al-Azhar Peduli Ummat dua tahun terakhir meluncurkan beasiswa 3G untuk murid tidak mampu tapi tidak berprestasi. “Generasi miskin tapi punya kecerdasan alami masih punya harapan untuk dapat beasiswa. Tapi, bagaimana dengan generasi dhuafa tapi tak punya prestasi, apakah mereka akan dibiarkan begitu saja? Jumlah mereka banyak lo, dan dalam generasi mereka yang diabaikan itu, tumbuh potensi dendam sosial. Maka kami pilih program beasiswa yang bermain di kerak kemiskinan”, terang Sunaryo Adhiatmoko. Tahun lalu penerima beasiswa 3G 150 anak dan lulus UAN 100%. Tahun ini penerimanya naik 250 anak dari berbagai daerah di Indonesia dengan kebutuhan biaya program Rp 1,7 milyar. Masih banyak program-program dari lembaga yang masuk dalam daftar 10 LAZ terpercaya versi Majalah SWA ini. Layanan Jenazah Gratis, Ibu Kreatif, Pemberdayan Ayam Petelor untuk Pendidikan, Dai Sehat Indonesia, Dai Melek Teknologi, dan program gimic lainnya. Meski aktivitas programnya kreatif dan berdampak luas, lembaga ini juga kurang maksimal dalam penghimpunan. Tapi bagi Al-Azhar Peduli Ummat, justru keterbatasan itu, jadi energi untuk berpikir dan bekerja menyampaikan program besar dengan dana terbatas. “Masyarakat muzaki masih melihat nama lembaganya, Al-Azhar sebagai lembaga dengan dana besar yang tak perlu dibantu. Padahal, sebagian besar program ini justru dibiayai masyarakat di luar Al-Azhar bukan seperti CSR nya Al-Azhar seperti dikira sebagian orang”, kata Sunaryo.
IMZ Award The Best Disaster Management Program Awal Ramadhan ini, Al-Azhar Peduli Ummat menyabet penghargaan The Best Disaster Management Program dari Indonesia Magnificent of Zakat (IMZ). Ini kali kedua lembaga ini dapat penghargaan dari IMZ. IMZ Award kali ini, didedikasikan atas program recovery korban Merapi melalui program pipanisasi air bersih Merbabu – Merapi 12 KM. Menurut Direktur Ekskutif, M Anwar Sani, pencapaian award ini, sebagai tonggak peran Al-Azhar Peduli Ummat dalam mengemban amanah masyarakat dengan maksimal dan transparan di dunia kebencanaan. “Kami selalu berpikir tentang kreatifitas dan program sekala besar dengan penerima manfaat luas meski dana terbatas”, tandasnya. Diungkapkan Sani, dalam hitungan anggaran pipanisasi 12 KM dari Gunung Merbabu ke Gunung Merapi membutuhkan biaya Rp 1,5 milyar untuk mencukupi air 700 KK di Desa Telogolele. “Bagi lembaga kami dana itu amat besar dan tak mudah didapat. Saya bilang ke masyarakat kita terus kerjakan nanti Allah yang menyempurnakan”, kata Sani memotivasi masyarakat. “Alhamdulillah, ternyata dengan peran masyarakat dan kerelawanan yang menakjubkan, dana tak lebih dari Rp 500 juta program selesai”, kenangnya sumringah. IMZ Award ini, didedikasikan untuk relawan dan masyarakat Telogolele, Merapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H