Permasalahan soal pilihan ganda akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di media massa . Hal ini terkait dengan pernyataan artis  Maudy Ayunda  yang menyatakan akan menghapus  soal pilihan ganda dalam semua bentuk ujian di sekolah seandainya ia menjadi mendikbud. Pernyataan ini tentunya menuai beragam tanggapan pro dan kontra dari berbagai pihak. Ada yang mengganggap bahwa pernyataan Maudy ada benarnya dan memang harus mendapat dukungan. Namun, banyak juga yang beranggapan pernyataan tersebut justru akan merugikan pihak siswa maupun guru jika betul-betul akan terlaksana .Â
Bentuk soal pilihan ganda memang telah digunakan di dunia pendidikan  Indonesia dalam beberapa pergantian kurikulum. Selama ini, pihak guru maupun siswa menganggap  bentuk soal pilihan ganda merupakan pilihan yang tepat dan mudah untuk digunakan. Namun, bila diselisik lebih dalam, bentuk soal ini sebenarnya punya sisi kekurangan dan kelebihan.
Guru sebenarnya agak direpotkan dengan penulisan soal pilihan ganda dibandingkan dengan soal esai dan uraian,mengingat  soal tersebut yang harus disertai dengan empat pilihan jawaban.  Guru juga harus lebih jeli dalam memilih pilihan jawaban tersebut, biar siswa tidak langsung dapat menerka jawabannya tanpa melalui proses berpikir kritis.Â
Di sisi lain,  guru dimudahkan dalam proses pengoreksian melalui soal pilihan ganda. Secara manual, guru dapat melakukan pengoreksian secara cepat dengan cara memberi lubang pada  kunci jawaban di lembar jawaban kosong. Dengan memasangkan lembar kunci jawaban yang sudah dilubangi tersebut dengan lembar jawaban siswa, maka guru akan segera dapat mengetahui jumlah jawaban benar siswa tersebut dan menghitungnya, serta memberikan skor. Guru juga dapat melakukan  alternatif lain, yakni melakukan  koreksi lembar jawaban bersama dengan siswa. Akhirnya dalam waktu singkat, mereka segera dapat mengetahui nilai mereka. Selain itu, ada aplikasi yang dapat digunakan guru untuk mengoreksi lembar jawaban siswa  yang didesain untuk soal berbentuk pilihan ganda, yaitu  dengan cara menscan lembar jawabannya . Dalam waktu sekian menit, guru mampu melakukan pengoreksian lembar jawaban siswa seluruh kelas yang diampunya, yang sudah dilengkapi dengan nilai dan hasil analisis setiap item soal dan jawabannya.
Hal ini berbeda dengan pengoreksian terhadap lembar jawaban yang dibuat dengan soal uraian dan esai. Guru tidak bisa menerapkan cara- cara di atas. Guru harus membaca dan  mengoreksi lembar jawaban siswa satu persatu secara teliti. Sehingga, akan membutuhkan waktu yang lebih lama  bila dibandingkan dengan pengoreksian lembar jawaban bentuk soal pilihan gandaÂ
Berdasarkan pengalaman saya sebagai guru, siswa ternyata lebih menyukai bentuk soal pilihan ganda bila dibandingkan mengerjakan soal esai dan uraian. Mereka akan lebih mudah dalam proses menjawabnya, yaitu tinggal melingkari  dan menghitami pilihan jawaban yang mereka anggap benar. Selain itu, mereka mendapatkan sedikit gambaran jawaban dari keempat pilihan  tersebut. Hal ini berbeda dengan jawaban pada soal uraian dan esai. Siswa harus menuliskan jawaban dalam bentuk tulisan, serta mereka memang harus benar - benar memikirkan jawabannnya tanpa harus melihat bantuan di pilihan  a,b,c, dan d.
Melihat uraian di atas, ternyata soal pilihan ganda bukanlah satu-satunya bentuk soal yang dapat digunakan oleh guru dan dianggap paling baik  untuk melakukan tes tetulis. Soal pilihan ganda juga tidak bisa diartikan sebagai bentuk soal yang yang hanya mengarahkan siswa pada kemalasan berpikir kreatif . Guru dapat melakukan tes tertulis dengan menggunakan bentuk esai, uraian,  atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya. Karena bentuk-bentuk soal di atas pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan siswa.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H