Di daerah Indonesia bagian timur terletak sebuah pulau, pulau yang penuh keindahaan alam dan budaya. Sebuah pulau yang memiliki berbagai flora dan fauna yang eksotis. Pulau yang pebuh dengan keramahan dan kehangatan dari setiap penduduknya, penduduk yang siap menerima segala pendatang dengan asal dan latar belakang yang berbeda-beda. Sebuah pulau yang ikut serta mengindahkan dan membanggakan Indonesia dimuka dunia.
Tidak heran mengapa pulau Sumba menjadi salah satu destinasi wisata yang harus dikunjungi setidaknya sekali dalam hidup kita. Terutama untuk mempelajari kekayaan budaya dan adat yang terletak di pulau sumba tersebut. Dari persatuan akan dua pribadi hinga pelepasan ke alam yang lain semua memiliki adatnya masing-masing bersama alat-alat pendukung yang beragam pula.Â
Dalam pelesiran atau wisata kalian, setiap ritual atau ibadat atau perayaan merupakan sebuah acara yang ramai. Bisa dicontohkan dengan sebuah ritual adat untuk menikah yang disebut dengan Belis.Â
Sebuah tradisi seserahan dimana pria yang ingin menikasi wanita sumba wajib memberikan sejumlah hewan ternak sebagai seserahan, mulai dari kerbau hingga kuda atau pasola, dan jumlah hewan yang menjadi syarat pernikahan ditentukan dengan calon mempelai wanita, dan calon mempelai pria harus menaati.
Ada juga seperti tradisi pasola, pada tradisi ini setiap tahun masyarakat mengadakah sebuah upacara kuda pasola, hal ini Karena kuda yang sejak zaman dahulu sudah dikembang biakan juga menjadi status sosial.
 Sebelum tradisi pasola atau festival kuda sandalwood ada tradisi bernamaa nyale, dimana pada tradisi nyale ini masyarakat desa diwajibkan untuk mencari cacing laut untuk medahului tradisi pasola.Â
Tradisi nyale ini sendiri merupakan salah satu upacara syukur atas berkat dan anugrah yang didapat, yang didahului musim panen dan cacing laut yng beberlimpah di pesisir. Setelah tradisi nyale dilewati maka masuk kedalam festival sandalwood. Â
Pada tradisi pasola yang unik adalah kuda ikut berpartisipasi dalam atraksi serang menyerang antara satu desa adat dengan desa adat lainnya yang terletak dalam pulau Sumba. Kuda-kuda ini diperlengkapi dengan hiasan yang sesuai dengan desanya masing-masing.
 Atraksi "perang" ini terlaksana dengan peserta dari beragam kriteria dan umur menunggangi kuda atau pasola dan dipersenjatai dengan parang berukuran panjang rata-rata 50 hingga 70 centimeter, atau warga sekitar menyebut dengan Katopo.Â
Bagi pria katapo ini merupakan symbol kejantanan, dan baik pria maupun wanita katapo ini dipergunakan sebagai alat bantu kerja. Ada juga peralatan lain yang ikut dibawa sebagai senjata yaitu semacam tongkat bambu.
 Alat-alat ini digunakan untuk menjatuhkan pengendara lain dari kuda yang ditungganginya Festival kuda pasola ini didukung oleh pemerintah juga guna untuk membantu mempromosikan pulau sumba kepada dunia.