[caption caption="sumber gambar pixabay.com"][/caption]
Sulit untuk dilupakan, tetapi lebih sulit untuk melupakanmu. Cerita ini mungkin tak akan pernah kulupakan. JIka kuingat waktu SMA dulu, aku ingin seisi alam ini memaklumi kesalahanku. Kelas XI IPA yang berada di sebelah utara perpustakaan menjadi perantara perkenalan kita. Sejak saat itulah cerita ini dimulai.
"Kamu cantik sekali, aku suka."
Terang-terangan saja aku mengatakan itu di depan teman-teman. Mereka yang belum mengenalku kaget, bahkan ada yang berlagak menantang, mungkin merasa kalah jantan. Aku senang. Begitu seharusnya sebagai lelaki, pikirku waktu itu. Aku sudah jadi pemenang diantara mereka, walau mungkin aku bukan yang paling tampan.
Ternyata memang bukan hanya aku yang menilaimu paling cantik. Teman sekelas, bahkan cowok satu sekolahan menyukaimu. Aku pun tak henti mencari ide untuk melakukan sesuatu yang istimewa, agar aku menjadi yang istimewa bagimu, atau paling tidak engkau merasa diistimewakan olehku. Sebagai anak muda, waktu itu, aku merasa yakin sekali, aku bisa.
Di kelas aku selalu berebut bangku di dekatmu. Teman-teman kita tahu itu, pun juga kau. Dan kau tahu tidak ada yang bisa mendahuluiku kan. Aku selalu duduk di sampingmu atau di depanmu. Setiap bel istirahat berdering aku pasti mengikutimu. Kau selalu ke perpustakaan dan aku pun jadi terbiasa masuk gedung yang kau sebut gudang ilmu itu. Kau cantik dan pintar. Kau sungguh luar biasa.
"Nia, aku suka sama kamu."
Tulisan itu kutulis di sampul bukuku dan selalu kusempatkan memanggilmu dan menunjukkanya setiap kita baru duduk atau hendak bel istirahat atau bel pulang. Kau tampak tak suka. Tetapi aku tidak menyerah. Kau tahu aku angkuh. Tidak akan kuberi kesempatan yang lain mendekatimu. Teman-teman mengejekku. Mereka menilaiku telah gagal karena hingga kita naik kelas XII kau belum juga kudapatkan. Mereka melihatku bagai pengemis yang tak tahu malu. "Ngaca donk, biar tidak kecewa," komentar beberapa teman. Dan kau tahu itu. Kau diam saja. Mungkin kau kira aku akan menyerah, tapi tidak.
Tiga bulan kita di kelas XII, saat ujian mid semester, aku benar-benar tidak bisa menahan perasaanku. Aku tidak bisa lagi membiarkan cinta tergantung, dan saat bel pulang, waktu guru penjaga keluar, seakan dunia gelap dan hanya dirimu yang terlihat. Aku berdiri di pintu mencegatmu, sambil kutekukkan lutut, "Aku sangat mencintaimu, Nia. Tegakah kau membiarkanku terus begini...?!" Aku mendengar beberapa teman bersorak, tapi setengah sadar kudengar. Aku terus membujukmu hingga tak sadar kucium kakimu.
Itu sungguh gila.
Tiga hari kemudian. Sore itu aku sedang duduk di sebelah rumah sambil menggendong kucingku. Seakan dunia tak henti berguncang. Vina, teman dekatmu, datang dan memberikan surat itu. "Terima kasih, Nia, kau terima aku." Seakan tak ada lelaki yang lebih bahagia dari aku waktu itu. Dan jalinan cinta kita dimulai. Cerita cinta romantis.Â