Mohon tunggu...
Sunardi
Sunardi Mohon Tunggu... Guru - Saya suka menulis dan fotografi

Asal Bondowoso, Kota Tape. Sedang belajar hidup. Blog pribadi www.ladangcerita.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengalaman Pertama Ungkapkan Cinta

9 Januari 2016   15:51 Diperbarui: 27 Agustus 2020   08:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari meninggi. Sudah setengah hari aku online. Kuamati pagi siang malam facebook dia. Sudah sekian hari tak kulihat dia online. Dia memang begitu. Buat apa buat Facebook kalau tidak pernah online. "Dah mandi, Bro? Kuliahnya Pak Iksan, telat 2 menit tidak boleh masuk," Ahmad memang sahabatku yang rajin. Tetapi untuk kali ini aku mengabaikan ajakannya, meskipun itu positif. Aku akan menunggu si dia online. Hari ini aku harus menyampaikan padanya lewat Facebook. Harus segera kusampaikan. "Hei...!! Ayo, tidak masuk kuliah?!" Biar saja. Teman-teman sudah pada berangkat. Mungkin dia nunggu aku. "Khusuk amat. Aku berangkat dulu." Sudah jam 12 kurang lima menit. Kalau macet, dia pasti terlambat.

Sudah sepi. Teman-teman pasti sudah pada asyik melototin papan di kelas atau mendengar ceramah dosen. Si dia belum juga online. Tapi aku yakin sekali sebentar lagi dia online. Aku yakin. Sudah 5 hari aku begini. Tuhan pasti mengasihiku. Dia pasti online. Andai saja saat sepi begini dia datang ke sini. Lalau bersantai di teras kontrakan menikmati sejuknya angin yang menyapu terik. Pasti sangat romantis.

Nah...!! Benar kan. Dia online.

***

Sayangnya. Berhari-hari kutunggu. Kuliah dosen killer pun aku tinggal. Tetapi, orang tua dan sanak keluarga tiba-tiba datang mengunjungiku pas dia baru online. Begitulah tradisi di desaku. Mereka merasa tak puas jika hanya berdua saja mengunjungi anak yang menuntut ilmu di luar kota. Kalau perlu satu kampung diajak semua. Tanpa konfirmasi lagi. Mungkin ini memang bukan saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaaku padanya. Atau mungkin aku harus mengatakan langsung padanya? Tapi itu bukan hal mudah. Telepon dan SMS saja sulit.

Kenapa aku mencintai gadis yang sulit dihubungi, padahal yang gampang banyak. Mungkin ini gambaran surga yang kata orang dipagari hal-hal yang tidak menyenangkan dan banyak rintangannya. Ya, mungkin yang indah dan istimewa memang tak mudah didapatkan.

Masih ada hari esok.

***

Tidak terasa, semester II sudah berlalu. Mahasiswa baru sudah datang. Banyak teman berburu mahasiswi baru yang katanya mulus-mulus. Ya, mereka memang gampang didapatkan. Kebanyakan begitu. Banyak mahasiswi yang suka pacaran sama kakak tingkat. Mungkin lebih menjanjikan. Apalagi yang semester akhir dan sudah bekerja.

Yang baru memang lebih menggugah jiwa, tapi dia tak lebih baik dibanding yang lebih lama aku kenal: sudah lebih jelas baiknya berapa dan buruknya berapa persen. Yang baru dikenal, belum jelas. Sebaik dan semenarik apapun, belum tentu akurat penilaianku dibanding penilaian terhadap yang lebih lama kukenal. Dia satu pilihanku.

Beberapa hari ini aku sering melihatnya berjalan sendirian, pernah juga kulihat dia berjalan dengan temannya yang sudah aku kenal. Sebenarnya itu kesempatanku. Tetapi sudah kesekian kalinya kulewatkan. Sepertinya aku salah jika harus pilih-pilih suasana. Tak harus lewat Facebook, tak harus lewat surat, tak harus menunggu begini dan begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun