Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru di Jepang, Saatnya Semua Orang Berdoa

4 Januari 2016   07:36 Diperbarui: 4 Januari 2016   09:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Berbeda dengan di negara lain, malam tahun baru di Jepang adalah malam biasa, malah cenderung malam yang sepi. Jarang sekali ada kemeriahan untuk menyambut datangnya 1 Januari. Tak ada terompet atau kembang api. Bahkan perayaan natal yang membuat toko-toko di Jepang ramai ikut merayakan hari raya umat kristiani untuk kepentingan bisnis (meskipun hanya sekitar 10% penduduknya beragama Kristen) tidak dikaitkan dengan tahun baru. Jadi tak ada istilah Merry Christmas and Happy New Year. Kemarin kami sempat kecewa karena terlambat datang ke Roppongi untuk melihat iluminasi (lampu hias) terbesar dan terindah di Tokyo, karena terlambat datang sehari. Kami datang tanggal 26 Desember malam dan ternyata lampu iluminasi yang berlangsung sejak bulan November baru saja dibubarkan siang harinya, karena sudah melewati tanggal 25 Desember. Dalam hati bertanya, kenapa tidak diteruskan sampai tahun baru?! Padahal sudah menempuh 100 km demi untuk melihat momen tersebut.

Tak ada terompet atau pesta tahun baru. Bahkan hampir semua tempat cenderung sepi kecuali toko-toko bahan pokok yang sebagian malah sudah tutup sejak tanggal 31 Desember. Pesta akhir tahun telah mereka laksanakan mulai pertengahan Desember yang disebut Bonenkai (忘年会), pesta untuk melupakan kegagalan tahun berjalan dengan pesta minum alkohol sampai mabuk. Hampir semua komunitas atau kelompok masyarakat melakukan acara rutin tahunan tersebut. Bonenkai adalah acara yang sangat tidak kami sukai, karena untuk acara pesta di restoran tersebut bayarnya sangat mahal. Sebelum atau sesudahnya adalah acara bersih-bersih total rumah atau kantor atau sekolah dan laboratorium (掃除/Osouji). Maka tahun baru tanggal 31 Desember adalah malam biasa, kecuali besoknya, tanggal 1-3 Januari yang biasanya menjadi hari libur nasional di Jepang.

Lalu apa yang berbeda di tahun baru? Tanggal Satu Januari adalah hari religi bagi orang Jepang. Pada tanggal ini hampir semua orang akan mendatangi Shrine/kuil untuk berdoa. Hampir semua orang Jepang, mungkin kecuali yang beragama Nasrani atau Muslim. Termasuk yang mengaku tidak beragama atau menganggap agama tidak penting juga akan datang ke kuil untuk berdoa. Menurut survey memang sebagian besar orang Jepang akan datang ke kuil satu tahun sekali, yaitu tanggal 1 Januari tersebut, hari yang lain yang berjumlah 264 hari adalah hari kerja, bukan untuk berdoa.

 

Antrian orang yang akan berdoa di kuil

Pemandangan kuil di seluruh Jepang akan terlihat sangat berbeda, yang biasanya sepi dan hanya dikunjungi para orang tua (manula) atau sekedar untuk pengantinan akan berubah menjadi sangat ramai dan bahkan terdapat antrian panjang untuk masuk kuil sehingga arena sekitar kuil menjadi sangat padat dan seolah menjadi festival karena berjajar para penjual makanan dan juga penjual kertas ramalan. Hasil survey beberapa tahun yang menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen orang Jepang mengaku tidak beragama, tidak menganggap agama penting dan mengaku tidak religious alias malas berdoa. Tetapi meskipun demikian setiap tanggal 1 Januari orang Jepang akan menjadi sangat religius dengan bukti ramainya kuil yang ada, dilanjutkan dengan membeli ramalan berdasarkan Shio atau jari tangan untuk sekedar membayangkan nasib tahun yang akan berjalan. Tentang ramalan ini, bahkan kemarin saat jalan-jalan di sebuah mall, ada stan khusus ramalan nasib berdasar garis tangan yang ramai diantri orang dengan biaya 2000 yen/konsultasi. Praktek paranormal modern di negeri yang serba canggih yang ternyata masih percaya mistis. Tentu saja dengan suasana modern karena ahli dan staf customer service memakai stelan jas lengkap, rapi dan cantik.

 

Stan ramalan garis tangan di mall

Selain ke kuil, maka tahun baru adalah saatnya mudik seperti halnya lebaran di Indonesia. Hampir semua kantor libur panjang, termasuk sekolah dan kampus. Semua orang terutama keluarga muda akan mendatangi orang tua mereka di kota asal mereka. Biasanya juga dengan membawa aneka masakan tahun baru (おせち料理 / Osechi ryouri) yang enak dan dihias dengan indah dan dimasukkan kotak kayu bersusun yang disebut sebagai jūbako/重箱. Persis dengan hari lebaran saat di Indonesia, hanya tanpa macet. Karena hampir setiap toko libur, maka sudah menjadi rahasia umum untuk selalu mencukupi stok makanan selama libur panjang tahun baru, atau bisa jadi akan kelaparan karena tak ada tempat jajan buka.

Satu lagi, tahun baru berarti memasang hiasan rumah yang baru yang disebut sebagai 飾り/Kazari’ atau Hiasan Tahun Baru. Fungsinya seperti jimat untuk rumah yang memili banyak arti sesuai dengan symbol yang dipasang. Untuk toko-toko atau kantor biasanya memasang kadomatsu yang berupa hiasan dari pohon pinus dan bambu dan dipasang di kanan kiri pintu masuk. Di Jepang pohon pinus melambangkan hidup yang panjang sedangkan bamboo melambangkan kekuatan dan kesabaran. Untuk rumah biasa biasanya hanya berupa hiasan kecil yang dipasang di dinding depan rumah atau pintu yang disebut shimenawa.

Kadomatsu

Hal sederhana yang tidak pernah dilupakan orang Jepang adalah berkirim kartu ucapan tahun baru ke saudara atau relasi dekat. Meskipun sudah jaman internet yang membuat komunikasi serbah mudah dan cepat, kartu ucapan tahun baru atau年賀状 (Nengajou) ternyata masih menjadi tradisi yagn tidak dapat digantikan oleh SMS, email, WA, facebook atau LINE yang milik Jepang asli. Tahun baru adalah hari yang sibuk bagi kantor pos Jepang karena jutaan kartu ucapan dikirimkan. Untuk memudahkan, maka sejak sebulan sebelumnya biasanya ada konter khusus yang melayani penjualan kartu tahun baru ini, dengan harga sekitar 52 yen perlembar sudah termasuk perangko. Bagi yang malas menulis ucapan, sudah disediakan aneka stempel besar yang bertuliskan ucapan tahun baru tersebut, jadi nanti tinggal menulis alamat dan mengirim ke kantor pos. Mendekati hari H kantor pos akan sangat ramai, bahkan untuk menghindari antri pihak kantor pos menyediakan petugas yang menunggu orang yang akan berkirim kartu pos di halaman parkir kantor, tak perlu turun dari mobil karena ada fasilitas Drive Thru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun