Mungkin tidak banyak yang mengenal Profesor. Dr. Ir. Suhardi selain sosoknya sebagai Ketua Umum Gerindra, namun bagi kami, alumni UGM khususnya, maka sosok beliau cukup terkenal karena ke-khasan-nya menggunakan sepeda kebo/sepeda onthel dan propaganda ketela. Beliau sangat terkenal dengan sebutan Profesor Telo, karena usaha gigih beliau mempopulerkan Telo atau ketela sebagai pengganti gandum yang harus impor.
Sore tadi, dapat kabar dari fesbuk bahwa beliau akhirnya harus menyerah dengan penyakitnya. Innalillahi wainnailaihi rojiun…Sang Profesor Telo itu sore tadi menghembuskan nafas terakhir di RS Pertamina karena penyakit radang paru-paru yang diderita. Sosok yang beberapa tahun terakhir memilih dunia politik sebagai jalan akhir dari perjuangannya, setelah mungkin dunia pendidikan membatasi sepak terjang untuk berkarya lebih besar. Saya yakin, keputusannya bergabung dengan Gerindra karena kecintaannya dengan dunia pertanian sangat tinggi, apalagi kita tahu beberapa tahun yang lalu Prabowo Subianto adalah ketua HKTI.
Menurut beliau, awal mula masuk politik adalah karena keprihatinannya terhadap lingkungan dan nasib petani yang selalu bernasib jelek sehingga untuk memperbaiki itu harus ada perubahan sistem ekonomi dimana sistem ekonomi ditentukan oleh kekuatan ekonomi.  Sebagai mantan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia, beliau sering kecewa dengan usulannya yang selalu dimentahkan oleh keputusan politik, sehingga setelah berhenti sebagai Direktur Jenderal, Suhardi aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Suhardi kemudian menjadi Ketua Dewan Pimpinan HKTI Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada saat yang sama, Suhardi juga diminta menjadi staf ahli Dewan Ketahanan Pangan Nasional Departemen Pertanian dari tahun 2002 sampai 2008. Pengalaman di HKTI dan Dewan Ketahanan Pangan Nasional ini membuat rasa frustasi Suhardi semakin tinggi.
Awal tahun 2007, Suhardi mulai mengajak sejumlah rekannya di HKTI membangun sebuah partai politik baru. Ketua Umum HKTI, Prabowo Subianto, yang saat itu masih tercatat anggota Partai Golkar turut diajaknya. Nama partainya: Partai Petani dan Nelayan. Sejumlah orang-orang dekat Prabowo ikut bergabung dengan Suhardi, meski sang mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu sendiri secara formal tak ikut.Menjelang verifikasi partai di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Prabowo setuju membantu Suhardi dengan syarat nama partainya harus diganti. Muncullah nama Partai Gerakan Indonesia Raya, dengan Suhardi didaulat sebagai Ketua Umum. Gerindra akhirnya lolos sebagai peserta Pemilu 2009. Dunia pegawai negeri lalu ditinggalkannya.
Sang Profesor itu dulunya adalah juga dosen dari presiden terpilih, Jokowi, yang kebetulan menjadi lawan politik partainya dalam pilpres kemaren yang akhirnya memenangkan pertandingan. Sesama alumni Fakultas Kehutanan UGM, persaingan antara dosen dan mahasiswa yang ternyata sang mahasiswa lah yang menang dalam kontes itu.  Saya tidak mau menulis tentang pilpres atau tentang Gerindra, tetapi tentang sosok almarhum Prof. Suhardi, yang meskipun adalah Ketum Gerindra dan lawan politik Jokowi tetapi termasuk yang jarang sekali bicara negatif tentang mantan mahasiswanya tersebut. Kampanye beliau memang lebih ke visi misi Prabowo dan bukan kejelekan Jokowi, mungkin ini bedanya dengan Fadli Zon yang menjabat sebagai wakil ketua umum. Dan memang, dari segi kepribadian Prof. Suhardi adalah orang cerdas dan baik, sederhana dan juga pekerja keras dan sangat memegang komitmen.
Sang Profesor yang juga mantan Dekan fakultas Kehutanan UGM itu terkenal sangat anti dengan gandum, sampai-sampai beliau menyuarakan dengan keras propaganda anti gandum dan turunannya. Mimpi beliau adalah kedaulatan pangan nasional, dan bahkan tahun 1987 beliau mengikrarkan Sumpah Gandum, bahwa beliau tidak akan makan gandum dan produk turunannya, hingga masyarakat Indonesia sejahtera dan tidak bergantung pada gandum. Sejak tahun 1987 ia tidak mengonsumsi gandum dan turunannya tersebut sampai sekarang sebagai bentuk protes atas kebijakan pangan nasional dikarenakan kegelisahan dan rasa kecewa terhadap negeri kaya raya ini yang telah terjebak dalam politik pangan yang dikendalikan oleh pelaku bisnis Internasional. Gandum memang telah menjadikan masyarakat menjadi tidak mandiri pangan, hampir setiap hari kita mengkonsumsi roti, snack, biskuit, mie instan dan makanan lain berbahan dasar gandum yang indonesia tidak memilikinya sendiri.
Prof. Dr. Ir. Suhardi, M, Sc. yang sering dipanggil Profesor Telo itu selalu mengkampanyekan makanan lokal Indonesia terutama ketela atau yang sering disebut telo oleh masyarakat Jawa. Ia memilih telo karena kandungan gizinya lebih baik dari pada gandum. Produk berbagai olahan dari tepung mocaf (Modified Cassava Flour) yang sekarang sedang digaungkan sebagai pengganti tepung terigu.
Dan tak terasa, ternyata beliau telah 26 tahun dalam sumpah gandumnya. Selamat jalan Prof. Suhardi....Selamat Jalan Profesor Telo...
Berikut ini profil lengkap Prof. Suhardi dari berbagai sumber:
Nama : Prof. Dr. Suhardi, MSc.
Tempat tanggal Lahir : Klaten, 13 Agustus 1952
Agama : Islam
Alamat Rumah : Cikaldempet Kayen Gg. Dahlia 90. Jl. Kaliurang Km. 7.5 Yogyakarta 55283
Riwayat Pendidikan :
1957-1964 : SR Negeri Mandong, Trucuk, Klaten
1964-1967 : SMP Negeri awas Klaten
1967-1968 : STM Geologi Pertambangan Klaten
1968-1970 : STM Pertanian Delanggu Klaten
1971-1977 : Fakultas Kehutanan UGM
1982-1984 : Master Program, College of Forestry, UPLB
1984-1987 : Ph D Program, College of Forestry, UPLB
Riwayat Pekerjaan :
1975-1977 : Asisten Silvikultur dan Fisiologi Pohon
1996-1998 : Dosen Mata kulah Fisiologi Pohon
1991-1996 : Sekretaris Jurusan Budidaya Hutan
1996-1998 : Ketua Jurusan Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan UGM
1998-2000 : Pembantu Dekan I, Fakultas Kehutanan UGM
2000-2001 : Consortium Coordinator SEARCA UGM
Oktober 2000-Mei 2001 : Dekan Fakultas Kehutanan UGM
Mei 2001-Nop 2001 : Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia
Feb 2002-sekarang : Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat Deptan
2002-sekarang : Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Dareah Istimewa Yogyakarta
2002-sekarang : Ketua Lembaga Masyarakat Peduli Hutan, Kebun dan Pangan
2003-sekarang : Ketua HKTI Yogyakarta
2004 : Ketua PERBINDO (Perhimpunan Bambu Indonesia) Dareah Istimewa Yogyakarta
2005 : Majelis Pakar Dewan Pemberdayaan Pemuda Wira Usaha di bawah Menpora bersama Sultan HB X, Rektor UGM, Prof. Kamiso dan Prof. Alwi Dahlan
2006 : Ketua INAFE (Indonesian Agroforestry Education) dan anggota Board SEANAFE (South East Asia Network Agroforestry)
2006 : Ketua Persaki Yogyakarta
Piagam Penghargaan
1967 : Juara Umum SMP Negeri Cawas Klaten
1970 : Juara Umum STM Pertanian Delanggu
1990 : Dosen Teladan I , Fakultas Kehutanan UGM
1996 : Research Awards for Foreign Specialist FFPRI, Japan
1998 : Satya Lencana Karya Satya
1999 : Pelopor Pemanfaatan Ketela dari Menteri Pariwisata RI
2000 : International Foundation Indonesian Development Award
2007 : Pengendara sepeda penghargaan dari Sultan HB X
2007 : SFRT SEARCA Award for Optimization of Casuarina Equisetifolia sp for Food Security (27 November 2007)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H