Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menanti Daftar 100 Nama Kompasianer yang Makan Siang di Istana…

14 Desember 2015   14:42 Diperbarui: 14 Desember 2015   15:52 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata sekarang giliran Iskandar Zulkarnaen yang menjadi korban di kompasiana setelah beberapa kali Kang Pepih sebagai juaranya korban bully kompasianer. Hm..tapi sekarang sebenarnya agak membingungkan juga, korban atau pelaku juga tergantung di sudut mana kita berdiri, seberapa kuat posisi kita serta, serta siapa yang sedang kita bicarakan. Mirip dengan kasus artis NM yang lagi heboh.

Kang Isjet yang kemarin ternyata katanya menjadi penguasa undangan makan siang di istana negara dengan pak presiden sedang menjadi bintang di kompasiana, setelah ajang kompasianival selesai. Entahlah, banyak memang yang harus diklarifikasi, mulai dari undangan yang katanya 250 ternyata hanya disampaikan 100 dan kabarnya hanya teman-teman sendiri. Meski dari beberapa kompasianer yang telah menuliskan kesannya di istana kita bisa mengetahui bagaimana kompasianer yang hadir tersebut dengan segala profilnya yang bisa kita lihat langsung dengan meng-klik tautan profil, namun sisanya memang masih banyak yang abu-abu. Beberapa kompasianer yang nyambi menjadi detektif telah membuka profil dengan tulisannya, namun beberapa yang lain hanya sekedar foto yang banyak beredar di laman kompas dan lain-lain.

Beruntung saya sedang jauh dari tanah air, jadi tak ada alasan ngiri tak ikut makan siang di istana, apalagi jika transport Tokyo-Jakarta ditanggung sendiri. Sebagai mahasiswa miskin pasti saya akan ikut mengembalikan undangan tersebut dengan berat hati. Namun ribuan kompasianer lain yang menyempatkan diri ke kompasianival? Kasihan juga saya. Lha kemarin di dinding fesbuk saya ada yang menulis status tidak bisa datang ke Jakarta untuk menghadiri kompasianival tetapi dua hari kemudian ikut makan siang di istana, jadi karena ada undangan makan maka datang ke kompasianival. Lha yang sengaja jauh-jauh dari luar Jawa datang ke kompasianival kemudian dianaktirikan? Semoga mereka bersabar dan tetap menjadi kompasianer.

Saya tak sehebat dan sekeras Adhieyasa, yang karakternya memang seolah reinkarnasi dari Che Guevara, berapi-api dalam artikel maupun komentarnya, termasuk tentang peristiwa ini. Sekedar usul kongkrit, saya hanya menunggu press release admin tentang 100 orang yang beruntung berhadir dalam makan siang tersebut tersebut, termasuk kebenaran kabar tentang jumlah undangan yang awalnya 250 buah tersebut. Minimal dari yang datang tersebut, kita bisa menagih artikelnya di kompasiana sebagai kesan yang harus dibagi dengan yang lain. Di kompasiana, boleh ada adu wacana, boleh ada perang argumen, tapi sebisa mungkin jangan ada dusta di antara kita.

Cukup kasus Pakde Kartono sebagai kesalahan masa lalu. Dan sebagai yang bukan keledai, kita tak akan mau jatuh dua kali di lubang yang sama kan? Saya sekedar menunggu cerita dari 100 kompasianer yang ikut makan siang di istana, seperti halnya makan siang tahap 1 yang jelas pesertanya dulu (meski sambil mempelajari profil yang bersangkutan dan belajar bagaimana agar beruntung agar bisa ikut makan siang tahap 3 atau naik pesawat kepresidenan).

NB. Apakah jumlah admin kompasiana sekarang berkurang? Sepertinya aliran Highlight dll agak lambat berjalan, apalagi hari libur dan malam hari.

 

Salam dari jauh…

sumber gambar: kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun