Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Dua Wanita Hebat Abad Ini: Alexandra Elbakyan dan Mihaela Noroc

12 Juli 2016   08:25 Diperbarui: 12 Juli 2016   08:41 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap zaman ada tokohnya dan setiap tokoh memiliki zamannya sendiri. Abad ini, menurut saya ada 2 wanita yang cukup menginspirasi dunia yang lahir dengan membawa keunikannya sendiri. Bukan tokoh bangsawan yang lahir dengan seribu keistimewaan keluarga dan bukan pula politisi yang pidatonya mengguncang dunia. Bukan seperti Hillary Clinton atau Malala Yousafzai yang begitu bombastis di ekspose media karena muatan politik tertentu. Dua 2 wanita muda yang bekerja dalam diam namun mampu mempengaruhi dan membuat dunia berdecak kagum dengan cara unik nan inspiratif, mereka mampu memikirkan dan melakukan sesuatu yang orang lain tidak pikirkan sama sekali. 

Anda pernah mendengar nama Alexandra Elbakyan dan Mihaela Noroc?! Mungkin sebagian dari kita belum pernah mendengar namanya meski sering menikmati karyanya. Atau mungkin timeline media sosial kita dipenuhi berita politik dan hoax?! Alexandra Elbakyan adalah seorang neuroscientist dari Kazakhtan yang mendirikan sci-hub pada usia 22 tahun dan Mihaela Noroc adalah seorang fotografer dari Rumania yang membuat proyek Atlas of Beauty pada usia 29 tahun.

Alexandra Elbakyan telah berhasil memberikan akses bagi jutaan peneliti miskin yang sering frustasi dari seluruh dunia untuk mengakses jurnal ilmiah secara gratis melalui repository online-nya yang hampir dipakai oleh peneliti seluruh dunia: sci-hub. Sebuah situs online yang berdiri sejak tahun 2011 dan telah membuat penerbit besar seperti Elsevier dan Springer kebakaran jenggot karena mengalami kerugian jutaan dollar karena jurnal terbitan mereka dikais-kais, dibajak, dan dibagikan gratis oleh burung gagak hitam (logo sci-hub) kepada yang membutuhkan. Alexandra Elbakyan adalah Robinhood masa kini di dunia ilmu pengetahuan.

Bagi peneliti di negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia, permasalahan besar adalah keterbatasan akses informasi terhadap jurnal ilmiah. Untuk dapat memperoleh satu artikel ilmiah, sering kali harus mengeluarkan dana jutaan rupiah yang sering kali tak terbeli meski oleh institusi. Alexandra Elbakyan datang dengan sci-hub-nya dan membagikan gratis kepada para peneliti fakir di seluruh dunia. Akibat tindakannya tersebut, penerbit bergengsi Elsevier mengajukan komplain dan tuntutan atas kerugian yang mereka alami. Namun Elbakyan tidak mundur dan takut, dengan dukungan moral dan donasi dari seluruh dunia sci-hub bisa tetap berdiri sampai sekarang meski harus sering berganti domain karena alasan pemblokiran.

Berkat sci-hub dari Elbakyan, akses jurnal bagi peneliti dari negara miskin bukan lagi masalah besar yang pada akhirnya akan menghasilkan riset yang mampu bersaing dengan negara maju karena informasi terkini bisa diperoleh dengan mudah. Akibat tindakan itu, para peneliti di dunia malah mendorong diubahnya sistem pengelolaan jurnal yang saat ini closed-acces menjadi open acces. Artinya jurnal ilmiah tidak perlu di jual (dengan harga sangat mahal). Penerbit bukanlah pemilik hak cipta atas karya tulis para penulisnya, dan para penulis pun sebenarnya ingin tulisannya bisa dibaca oleh lebih banyak orang dan kalau bisa disitasi oleh peneliti lain. 

Niat baik dan usaha luar biasa Alexandra Elbakyan untuk berbagi pengetahuan layak dipuji dan diapresiasi. Dia wanita hebat abad ini, yang lahir dari keterbatasan seorang ilmuwan. Bahkan menurut Science magazine edisi April 2016, berdasarkan penelitian, ternyata hampir semua peneliti baik negara maju maupun berkembang telah menggunakan sci-hub sebagai sarana membajak jurnal ilmiah berbayar dengan peringkat pertama adalah peneliti dari Iran. Alexandra Elbakyan mampu menjadi solusi frustasi jutaan peneliti dan pelajar di seluruh dunia. Noktah-noktah pada gambar screenshoot yang saya ambil dari  Science Mag di bawah ini adalah gambaran posisi para pengakses jurnal melalui sci-hub. Ternyata di Amerika pun banyak penggunanya meski termasuk negara maju dan kaya.

Wanita hebat kedua menurut saya adalah Mihaela Noroc. Hal hebat dan inspiratif yang dia lakukan sebenarnya sederhana, yang lahir dari hobi fotografi dan kebosanan menghadapi rutinitas kerja kantoran. Mihaela Noroc kemudian keluar kerja dan menggunakan tabunganya yang katanya tidak banyak untuk keliling dunia dengan misi khusus, memotret kecantikan wanita di seluruh dunia.  Selama tiga tahun terakhir, tak kurang dari 45 negara dia kunjungi dan ratusan kecantikan wanita berdasar negara di abadikan melalui kamera serta diunggah di dinding fesbuk serta website  Atlas of Beauty.

The atlas of beauty bukan sekedar foto kecantikan wanita, menurut Noroc, Atlas of Beauty adalah gambaran inner dan outer beauty setiap wanita yang khas, yang dipancarkan bukan karena polesan make up tetapi karena keseharian mereka. Jika Anda membuka fesbuk atau website atlas of beauty, maka kita akan sadar dan kagum dengan kecantikan wanita alami tanpa bedak tebal, gincu dan pakaian mahal. Kecantikan wanita di pedalama sungai Amazon, pegunungan Tibet, Mongol, Afrika termasuk Indonesia telah dia capture dan menjadi atlas yang sangat menarik untuk dipelajari. Hasil travelling Noroc selama kurang dari 3 tahun telah membuat facebook dan instragram memintanya membuat akun dan mengunggah foto-foto karyanya secara eklusif. 

Nama dan foto-foto Mihaela Noroc telah menghiasi halaman The Guardian, Huffington Post, Business Insider, Forbes, BBC, Spiegel,danCorriere della Sera serta tampil live di CNN dan Oprah Winfrey’s show.  Mungkin hanya media massa di Indonesia yang kurang mengekspose sosok Mihaela Noroc karena masyarakat kita lebih menyukai masalah kaos kaki Jokowi atau pilkada DKI dibanding kecantikan seorang wanita dari seluruh dunia. Target Noroc adalah melanjutkan travelingnya dan mengabadikan kecantikan wanita dalam kesehariannya dari seluruh dunia dan membuat atlas yang inspiratif tentang wanita agar tetap menjadi diri sendiri, tetap alami dan khas. Kecantikan tidak boleh didiskriminasi oleh wajah, warna kulit, jenis rambut dan etnis tertentu. Kecantikan menurut Noroc adalah berbeda-beda sehingga akan membuat kita lebih toleran dan saling menghargai. Screenshoot di bawah ini adalah halaman awal situs Atlas of Beauty yang bisa Anda buka langsung untuk menelusuri kecantikan para wanita di seluruh dunia.

atlas-of-beuty-578446b45a7b614714912f68.jpg
atlas-of-beuty-578446b45a7b614714912f68.jpg
Kecantikan memang bukan sekedar wajah, tetapi juga kecerdasan. Seperti halnya Alexandra Elbakyan dan Mihaela Noroc. Jadi, masih tertarik dengan operasi plastik seperti kebanyakan orang Korea Selatan?! Hmm…

Salam dari Utsunomiya, 12 Juli 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun