Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Catatan Warga: Menjadi Korban Taifun di Jepang...

6 Oktober 2015   14:23 Diperbarui: 6 Oktober 2015   17:13 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita tentang kejadian Taifun dan banjir di Jepang beberapa hari yang lalu, yang sempat ramai di hampir semua media internasional.  Setelah dua tahun yang lalu kami mengalami hujan salju terlebat sepanjang 25 tahun terakhir di Jepang, hari itu menyaksikan sendiri badai atau Taifun yang menyebabkan kerusakan terparah dan bahkan banjir besar di Jepang.  Taifun no. 17 dan 18 tersebut membawa hujan lebat yang tak berhenti selama 2 hari terakhir, dan bahkan anak sekolah diliburkan semua. Parahnya lagi hampir semua jalur kereta mengalami cancel (tidak beroperasi) atau delay (jadwal terganggu karena tidak semua kereta beroperasi) karena dianggap berbahaya dan juga beberapa stasiun serta sub way mengalami kerusakan dan kebanjiran. Gambaran lengkap tentang berita taifun dan banjir bisa di baca di berbagai berita media televisi dan koran.  Apalagi prefecture Tochigi, tempat kami tinggal masuk dalam zona merah atau emergency karena imbas taifun tersebut.

Bagi kami, ini menjadi masalah besar karena beberapa hari ini kami harus selalu pergi ke luar Utsunomiya dari siang dan kembali malam hari, dengan moda transportasi kereta listrik, Tobu line satu-satunya jalur yang murah dan cepat. Parahnya, jalur kereta itu termasuk yang mengalami berhenti  beroperasi secara total sejak hari pertama badai (bahkan sampai sekarang belum beroperasi, kurang lebih sudah 1 bulan).  Naik sepeda atau jalan kaki tidak memungkinkan karena jarak yang harus di tempuh lebih dari 20 km, bus tidak ada jalur ke sana, sedangkan taxi akan membuat bangkrut karena sangat mahal, lebih dari 500 ribu rupiah. Lalu?!

Tadi pagi bangun tidur, perempuan cantik yang sekarang jadi ibunya anak-anak sudah dapat sms dari bos-nya (sensei), dikasih tahu karena badai besar maka boleh tidak ke kampus (hal yang sangat jarang terjadi di lab kami). Tetapi karena saya tergolong mahasiswa rajin dan tidak pintar maka saya tetap ke kampus, selain karena punya tanggungan pekerjaan dan harus ketemu dengan bos besar yang satunya. Ibunya anak-anak tinggal di rumah dulu karena siang harus pergi ke Omochanomachi (tempat saya menemukan Hokben Jepang) lagi.  Tugas tambahan untuk saya di kampus  adalah mencari tempat bertanya (khususnya mahasiswa Jepang) tentang jalur bus atau alat transport lain yg bisa dipakai ke Omochanomachi dengan murah.  Ternyata tidak ada, satu alternatif lain adalah menggunakan JR (Japan Railway)  dari Utsunomiya eki ke Ishibashi eki dan lanjut dengan taxi akan lebih murah.  Meskipun dengan catatan kereta JR ke sana mungkin sangat terbatas jumlahnya karena Taifun tersebut, ya sudah, soganai yo...bagaimana lagi, kalaupun tak ada kereta dan harus bayar taxi mahal pun harus dilakukan karena memang harus pergi.  Setelah pamit si bos untuk berangkat, eh...tiba-tiba si bos menyuruh menunggu sebentar, beliau menelpon seorang kawannya yang ternyata dimintai tolong untuk mengantar kami.  Alhamdulillah, akhirnya Alloh mengirim bantuan ke kami transport untuk pergi. Memang benar kata embah saya, jadilah orang baik agar di manapun bertemu dengan orang baik yang menjadi akan membantu di saat sulit.  Kalaupun tidak bisa jadi orang baik, maka carilah istri yang baik agar kamu tertular tertular kebaikannya…

Jalur berangkat sudah oke karena ada bantuan, jalur pulang?! Teman Jepang yang tadi mengantar agak khawatir, tetapi dia memang tidak bisa menjemput kami karena sudah ada jadwal (di sini, kita tidak bisa mengganggu waktu orang lain begitu saja, bahkan kalau tidak ditawari kami tidak akan berani meminta bantuan).  Berharap malam harinya Tobu Line sudah beroperasi dan kami bisa pulang dengan mudah.  Taifun kali ini memang meluluh lantakkan sebagian wilayah Tochigi dan Ibaraki karena luapan sungai Kinugawa yang letaknya tak jauh dari tempat kami tinggal dan berhulu di pegunungan Nikko.  Menurut kawan yang mengantar tadi, yang kebetulan adalah instruktur rafting di sungai Kinugawa, ketinggian air sungai yang biasanya hanya sekitar 1-1.5 meter naik hingga mencapai 6 meter sejak kemarin, dan puncak hujan adalah hari ini sehingga diperkirakan kedalaman sungai bertambah lagi. Sepanjang jalan memang terlihat sungai yang meluap meski tak ada kerusakan seperti di tempat lain.

Jam setengah sembilan malam kami sudah sampai di Omochanomachi eki, stasiun milik Tobu line yang ternyata masih out of service.  Alternatif lain adalah ke Ishibashi eki dengan menggunakan taxi, tetapi kata petugas loket tiket, nanti akan ada bus yang ke Utsunomiya.  Katanya sekitar satu jam lagi, Ichi jikan gurai katanya…Setelah menunggu lebih dari satu setengah jam kami mulai gelisah, kok bus yang dimaksud belum muncul, padahal hari sudah semakin larut.  Setelah dua jam berlalu, akhirnya perempuan cantik yang bersama saya bertanya lagi ke petugas stasiun, ternyata karena kemampuan bahasa Jepang kami yang parah, makna yang kami tangkap salah.  Bukan Ichi jikan gurai tetapi Ju ichi ji han gurai…atau sekitar jam setengah dua belas malam.  Walah…Ditunggu sudah terlalu larut tidak ditunggu tanggung, padahal perut dalam keadaan lapar karena belum makan malam.  Akhirnya kami harus memilih menunggu, waktu tunggu yang masih sekitar satu jam kami selipi dengan acara mencari warung makan terdekat, beli obento lalu kami makan berdua di kegelapan halte bus depan stasiun kereta.  Kalau pas jaman pacaran pasti romantis sekali, tetapi berhubung di rumah sudah ditunggu anak perempuan kami maka romantisme itu berubah menjadi kegelisahan ingin cepat sampai rumah.

Dan akhirnya bus yang kami tunggu datang, ternyata bus luar kota milik perusahaan Tobu yang ditugaskan khusus hanya untuk menyisir dan menjemput para penumpang yang tidak dapat melanjutkan perjalanan karena Taifun yang terjadi.  Bus mewah tersebut khusus dioperasikan dalam rangka mencari penumpang Tobu line yang hari itu terjebak di setiap stasiun mereka.  Dari Omochanomachi eki bus berjalan dari stasiun ke stasiun lain yang biasanya dilewati oleh kereta tersebut.  Satu bus besar tersebut hanya berisi 3 orang penumpang dan ternyata gratis, padahal kalau naik taxi mahal sekali…Satu layanan sosial yang luar biasa dalam keadaan darurat bencana seperti kemarin.  Bahkan hal yang sangat sederhana seperti itu mereka perhatikan, maka para korban banjir kemarin pasti tidak akan risau.  Kata sensei, kemungkinan besar rumah-rumah yang hilang dan rusak akan dig anti dari uang asuransi mereka dan bisa jadi akan dibantu oleh pihak kota, provinsi dan negara, karena memang kejadian kemarin adalah bencana besar.

Salam dari Utsunomiya, 6 Oktober 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun