Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembenci Bukan pengkritik…(Pelajaran dari Undangan Makan Siang Pak Presiden)

12 Desember 2015   19:36 Diperbarui: 12 Desember 2015   20:07 3585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Membaca postingan beberapa kompasianer sore ini jadi teringat kalimat yang sering diucapkan atau dituliskan oleh para Jokowi haters, terutama setelah pilpres usai. Kalimat-kalimat nyinyir masih sering muncul, bahkan hingga sekarang. Jika dibilang apa nggak capek selalu terus nyinyir? Jawabannya selalu pembelaan bahwa mereka sedang mengkritik, bukan meluapkan kebencian, alias gagal move on. Termasuk alibi Jon** cs selama ini, yang sebenarnya kita tahu dia memang sedang jualan lapak facebook dari tebaran kebencian, dengan pangsa khusus sesama pasukan sakit hati, yang selalu siap me-like dan men-share apapun yang dituliskan sang pahlawan mereka. Beberapa kompasianer pun masih nyata sebagai pembenci, meski sebagian memilih jalan sepi dengan pensiun dini atau cuti sementara waktu selama Jokowi menjadi presiden RI.

 

Dan hari ini terbukti, hanya dengan undangan makan siang ternyata memang mampu membedakan pembenci dan pengkritik. Pembenci akan selalu menjadi pembenci terhadap apapun yang dilakukan pihak yang dibenci, karena intinya adalah benci. Pengkritik? Mereka adalah yang benar-benar ingin memberi masukan dan ide terhadap segala sesuatu yang mereka anggap tidak cocok, tidak benar atau yang mereka tidak setujui. Ketika ada kesempatan untuk menyampaikan kritikan secara langsung maka itu adalah waktu yang paling berharga untuk mengubah keadaan, agar suara dan kritikannya didengarkan. Salah satunya adalah undangan makan siang.

 

Lha kalau pembenci? Mereka akan lari, takut bertemu karena sudah dihinggapi rasa anti pati. Bagi mereka bukan substansi terhadap apa yang dikritikan, tetapi hal terpenting adalah bagaimana agar selalu bisa menebar kebencian dan mencari pembenaran terhadap kebencian itu sendiri. Perhatian mereka terhadap pihak yang dibenci sangat tinggi, informasi selalu mereka cari dari semua media tanpa validasi. Dan paling menyakitkan adalah melihat senyum dari orang yang mereka benci, semoga mereka kuat menikmatinya paling tidak empat tahun lagi…

 

Selamat buat teman-teman kompasianer yang sudah makan gratis di Istana hari ini, semoga tak sekedar makan siang dan selfie dengan pak presiden yang diingat. Selamat juga dengan ramai kompasianival-nya, semoga tahun depan saya sudah bisa ikut berkenalan di darat. Saya menunggu tulisan dari pengkritik Jokowi yang tadi ikut makan siang (jika ada) atau tulisan pecinta Jokowi tentang pengkritik Jokowi yang datang (jika ada), tentang apakah kritikannya juga tersampaikan secara lisan saat bertemu secara langsung. Pembenci, pengkritik, dan pecinta, kita tahu bedanya setelah makan siang di istana negara…

Salam dari Utsunomiya yang sudah nol derajat celcius…

Gambar: http://www.sodahead.com/

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun