Mohon tunggu...
masunardi
masunardi Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

hanya dosen jelata...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Langkah Terakhir, Prabowo Akan Mendelegitimasi NKRI?!

10 Agustus 2014   13:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:55 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ini pilpres Bung, bukan Indonesia Lawyer Club apalagi Indonesia Lawak Klub, jadi semua harus memakai data dan bukan waton ngomong dan bahkan ada salah satu Dekan Fisip salah satu PTN bilang waton njeplak.  Kalau orang jawa akan paham apa arti waton njeplak, asal ngomong ngawur tanpa data dan fakta alias ngawur.  Masih mending para pengacara di ILC yang menggunakan data yang masuk akal dalam berdebat, dan bahkan data survey Cak Lontong pun masih lebih meyakinkan dibanding saksi yang di bawa ke MK meskipun kadang tidak representatif tetapi Cak Lontong selalu membatasi kebenaran datanya untuk sampel dia yang kecil dan terbatas.  Alhasil, dari 25 orang saksi yang dihadirkan di MK, Mahkahmah peradilan yang seharusnya sakral dan serius malah menjadi panggung komedi para pemain culun yang mengundang tawa namun patut dikasihani.  Memalukan….istilah terstruktur, sistematis dan masif ternyata hanya karena berdasar bukti kliping koran dan informasi tak jelas karena para saksi tak tahu yang sebenarnya terjadi.  Bahkan para pengikutnya sudah mulai ngawur dan mabuk, tertular delusinasi akut, sampai ada yang bilang  capres itu titisan tuhan dan ada yang akan mendesak Alloh agar membela capres mereka…Lho….lho…..Dalam beberapa  hal kita tertawa melihat itu karena ada dagelan gratis dengan tema yang sama tetapi lucu semua, tetapi satu hal lain akan membuat kita miris…apa sebenarnya tujuan capres yang menurut KPU kalah itu….

Seorang pengamat politik, Arbi Sanit malah bilang itu adalah strategi Prabowo untuk membuat kekacauan massa yang akhirnya akan bisa memunculkan pengambilalihan kekuasaan secara inskonstitusional.  Masih ingat ada pendukung Prabowo yang mengancam akan menggerakkan people power jika nanti kalah di MK?? Meskipun bingung yang dimaksud dengan people power dalam versi mereka apa karena sebagian rakyat bahkan para pendukungnya sudah mulai muak dan malu pernah mendukung….Dan yang terakhir kemarin bahkan seorang ketua DPD partai Gerindra mengajak menangkap ketua KPU yang dituduh berpihak pada pemenang pilpres versi KPU…Hmm…seharusnya ini sudah dianggap subversif karena mengancam keabsahan lembaga negara….

Masih menurut pengamat politik senior, Arbi Sanit, menganggap pernyataan Prabowo bagian dari strategi politik. "Strategi yang ditempuh Prabowo itu bertingkat-tingkat. Menuju pemilu dia meningkatkan elektabilitas, setelah tahu gagal, dia mendelegitimasi pemilu, lalu mendelegitimasi KPU, lalu kini mulai menghebuskan angin mendelegitimasi MK.  Apakah segala cara akan ditempuh demi menjadi seorang presiden?!

Bahkan menurut Arbi, sejak dinyatakan kalah oleh KPU, Prabowo sebenarnya tidak terlalu mengharapkan kemenangan di jalur hukum karena tahu itu hal yang berat. "Dengan pernyataannya yang selalu provokatif, dia ingin meyakinkan pendukungnya bahwa dia dikalahkan dengan cara dicurangi, lalu membuat pendukungnya marah sehingga akan timbul suatu gerakan masyarakat menolak keputusan MK.   Wah…wah…jadi kita ingat kronologis pasca pilpres….setelah versi quick count kalah mereka bilang KPU netral dan kita harus tunggu hasil real count KPU….setelah kalah versi real count KPU lalu bilang KPU curang dan mendewakan MK sehingga harus menunggu keputusan MK…apakah nanti setelah kalah di MK akan mendelegitimasi NKRI juga sebagai induk dari semua penyelenggara negara??Atau mau menyalahkan SBY terlebih dahulu karena sebagai kepala negara dianggap bersalah melaksanakan pilpres yang penuh kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif…Kasihan Pak Hatta Rajasa, pasti beliau malu sekali….saya yakin jika tahu capres yang beliau dampingi akan bertindak seperti ini, jika waktu bisa mundur maka Pak Hatta tidak akan bersedia menjadi pendampingnya.  Kita ingat saat beberapa kali debat capres dulu, dari 4 orang yang ada, selain karena kesalahan fatal tentang KALPATARU, maka kesimpulan akhir kandidat yang paling kelihatan brilliant dalam konsep dan penyampaian gagasan adalah Hatta Rajasa dan yang paling parah adalah capresnya…

Ini pilpres Bung, bukan ILC apalagi ILK.  Ini Indonesia Bung, bukan Korea Utara dan ini realita Bung, bukan dongeng Rorojonggrang membangun tangkuban perahu….
Kita tunggu kegilaan dan kelucuan berikutnya….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun