Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejenak Berjarak

5 Januari 2010   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sunan Gunung Djati-Memang betul apa yang dikatakan Ayu Arman, seseorang butuh waktu dan tempat untuk mengasingkan diri dari dunia untuk bisa menuliskan apa yang terlintas dalam pikiran. Karena dunia ini begitu hiruk pikuk dan kadang kita tak bisa mendengar suara apa yang muncul dalam kepala ini. Hiruk pikuk dunia sudah meredam banyak hal. Semua orang serta merta memiliki minat yang sama. Semua orang tumpah ruah melakukan hal yang sama, padahal belum tentu hal itu sebenarnya yang mereka inginkan.  Sangat tepat juga perkataan Mernissi agar memiliki waktu khusus untuk menulis sebagai obat awet muda, meskipun hanya 10 menit dari keseharian kita. Dengan memiliki waktu yang khusus, artinya kita memiliki perhatian khusus dengan jiwa kita. Karena menulis bukanlah sekedar berfikir. Menulis adalah mengeluarkan apa yang ada dalam jiwa. Perlu waktu dan tempat khusus. Lagi-lagi saya termenung kemana saya akan pergi untuk mewujudkan itu semua? Dua bocah perempuan mungil memaku saya di dunia mereka. Demikian juga rutinitas keseharian saya memainkan peran-peran yang sudah saya pilih. Tapi saya membutuhkan sesuatu yang membuat saya tetap bisa berdiri tegak dalam menjalani panggung sandiwara ini. Kesenyapan adalah sesuatu yang saya butuhkan. Sebuah kondisi yang bisa mendengarkan jiwa saya berbicara. Tentunya pergi ke bulan atau tempat yang sunyi saat ini bukanlah pilihan terbaik yang bisa saya ambil. Saya akan menciptakan ”bulan” saya sendiri. Setelah sekian lama saya mencari dan menciptakan ”bulan” saya, ternyata sepertiga malam terakhir adalah “bulan” terbaik saat ini. Sepertinya saat inilah suara apapun yang muncul menjadi sangat jelas, jernih dan benar benar menyeleksi siapapun yang memiliki kesungguhan menemui-Nya. Menuliskan suara jiwa itu yang ada dalam benak saya saat ini. Betapa keseharian dan hiruk pikuk telah menjauhkan dari asalnya.  Saatnya kembali dan bersatu dengan-Nya dan berjarak dengan hal yang fana. Saat jarak tercipta maka semakin mudah berefleksi dan mengurai segala kusut yang ada. Karenanya mari sejenak berjarak untuk bisa kembali menuliskan berbagai hal tentang kehidupan. [NENG HANNAH, Pengasuh Kolom Gender Sunan Gunung Djati yang terbit setiap hari Selasa] Blue Diamond 4 Januari 2009

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun