Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pelajaran dari Bikkhu

19 Maret 2010   00:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:20 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sunan Gunung Djati-Diceritakan di negeri Buddha. Ada seorang Bikkhu dan puluhan murid di bawah asuhannya, hidup di Vihara yang jauh dari keramaian masyarakat. Suatu hari, sang Bikkhu mengajari muridnya tentang Darma, yang bukan Darma L. Wirayuda. Dalam ajarannya, Bikkhu mengatakan: "Wahai murid-muridku, hidup di dunia ini hanya sekali, maka buatlah menjadi berarti dengan amal bakti yang mulia. Tanggalkan segala urusan duniawi, jauhi perbuatan judi, hindari godaan wanita, jangan tergoda dengan gelimang harta, untuk apa juga tahta. Semua hanya kebahagiaan semu yang fana, tak abadi dan hanya menghalangi jalan mulus menuju alam Dewa. Itu lah inti Darma yang bukan Darma L. Wirayuda, sejatinya kita mesti menjunjung tinggi." Serempak para murid mengamini dengan penuh keimanan. "Baik, Guru. Kami akan selalu mengingat ajaran agama kami tentang Darma yang mulia, bukan Darma L. Wirayuda." Singkat cerita, waktu pengajaran telah selesai. Dan, baik Bikkhu maupun muridnya bergegas melaksanakan tahap selanjutnya dengan mengasingkan diri di hutan atau di gua. Dalam perjalanan, Bikkhu, yang diikuti murid-muridnya jauh di beakang, menemukan seorang gadis cantik dengan gaun indah bak bidadari. Gadis itu tidak bisa menyebrangi sungai yang airnya sedang pasang karena banjir. Tentu si gadis meminta tolong. Tanpa berpikir panjang, Bikkhu menggendong gadis canti dengan gaun putih yang indah itu dan menyebrangkannya melewati sungai. Sesampainya di seberang sungai, si gadis diturunkannya dan dipersilakan untuk pergi. Murid-murid Bikkhu ternganga dan kaget melihat gurunya yang menggendong gadis cantik. Mereka heran karena baru saja gurunya mengajarkan agar meninggalkan wanita, karena salah satu bagian dari hal duniawi yang menghambat jalur menuju alam Dewa. Sesampainya di seberang, salah satu murid bertanya dengan seksama. "Guru, bagaimana kami bisa mentaati ajaran guru tentang Darma, yang bukan Darma L. Wirayuda. Sementara guru sendiri menggendong gadis cantik bak bidadari itu?" Sang Bikkhu dengan sederhana menjawab keheranan muridnya. "Wahai muridku, sesungguhnya aku telah meletakkan gadis itu semenjak dari seberang sana. Sedangkan engkau masih menggendong gadis itu hingga seberang sini." [AMIN R ISKANDAR]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun