Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi Dakwah: Khotbah Jumat Efektif

20 Juni 2010   04:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sunan Gunung Djati-Sedikitnya ada tiga hal yang sering dikeluhkan jamaah shalat Jumat tentang khotbah Jumat atau ”kinerja” khotib di atas mimbar. Pertama, soal tema khotbah –tidak fokus, tidak menarik, dan tidak aktual. Kedua, soal ”durasi” –lama atau panjang-lebar. Ketiga, soal ”gaya” (style) berbicara –monoton, datar, atau ”lembut”.

Akibat ketiga hal tersebut, selama khotbah berlangsung banyak jamaah mengantuk — bahkan tertidur, tidak bisa menangkap pesan atau materi khotbah, bahkan ”menggerutu” usai Jumatan.

Tampaknya, para khotib yang tidak kita ragukan kepahamannya dalam hal ilmu agama, perlu memperdalam ilmu Public Speaking atau ilmu retorika. Ibaratnya, kita tidak meragukan soal kualitas peluru dan senjata para khotib, tapi dengan banyaknya keluhan jamaah, kita melihat ada masalah dalam hal teknis membidikkan senjata tersebut.

Para pakar Public Speaking memberi resep kepada kita tentang cara atau teknik berbicara di depan umum (pidato, ceramah, khotbah) atau teknik komunikasi efektif, misalnya konsep ”Brevity, Clarity, and Impact” (Ringkas, Jelas, dan Berdampak), juga tentang persiapan tema, fokus, dan ”atraktif” dalam penyampaian pesan.

Dalam hal teknik vokal sebagai salah satu elemen Public Speaking, kita mengenal intonasi (nada bicara), aksentuasi (penekanan pada kata-kata tertentu yang dianggap penting), speed, artikulasi (kejelasan pelafalan kata atau pronounciation), dan infleksi –lagu kalimat.

Selain itu, ada elemen Eye Contact (sapuan pandangan ke seluruh audience), dan Gesture (gerakan tubuh; harus alami, spontan, wajar, tidak dibuat-buat, penuh, tidak sepotong-sepotong, tidak ragu, sesuai dengan kata-kata, jangan berlebihan, variatif, tidak melalukan gerakan tubuh yang tidak bermakna –seperti memegang kerah baju, mempermainkan mike, meremas-remas jari, dan menggaruk-garuk kepala).

Sebenarnya, teknik public speaking khotbah sudah dicontohkan Rasulullah Saw, baik dari segi tema, durasi, maupun gaya. Di berbagai sumber atau literatur, kita bisa menemukan adab atau tata cara khotbah Jumat Rasulullah Saw dan nasihat para ulama sebagai berikut.

Lantang, Suara ”Keras”

Dalam aspek kelejasan (clarity), khotib disunahkan mengeraskan suaranya atau bersuara lantang saat khotbah agar jelas terdengar oleh jamaah.

“Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Kebiasaan Rasulullah Saw jika berkhotbah, kedua matanya memerah, suaranya tinggi, dan kemarahannya sungguh-sungguh. Seolah-olah beliau memperingatkan tentara dengan mengatakan “Musuh akan menyerang kamu pada waktu pagi”, “Musuh akan menyerang kamu pada waktu sore”. Beliau Saw juga berkata,”Aku diutus dengan hari kiamat seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dua jarinya: jari telunjuk dan jari tengah…” (HR Muslim).

Ringkas, Tidak Lama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun