Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Anak-anak yang Betah Main di Internet

26 Maret 2010   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunan Gunung Djati-Dewasa ini anak SD kelas 4 pun bisa dengan mudah mengakses internet. Ck ck ck, anak zaman sekarang…

Ya, tadi siang, saya didatangi si Alif yang merengek ingin main internet, katanya mau cari-cari gambar Naruto. Dia masih sekolah SD. Wah, sudah pandai browsing sendiri, tanpa bantuanku.

Di satu sisi saya senang, anak sekecil itu sudah mengenal dan akrab kecanggihan tekhnologi, sehingga mereka juga bisa mendapat hiburan atau lebih mudah mencari bahan-bahan untuk memperlancar proses belajarnya; tapi di sisi lain, saya khawatir, ia bisa saja tak sengaja membuka dan menemukan situs atau gambar-gambar yang tak boleh di lihat anak-anak.

Ibu Shanti yang saya kenal juga mempunyai anak yang sudah agak mahir menggunakan internet. Setiap anaknya asyik main di Google, ia seringkali menemani dan membimbingnya. Tapi ia juga seringkali khawatir jika si anak yang memasukkan satu “kata kunci” di Google akan menerima beberapa hasil gambar yang “buruk” dan “merusak”.

Kasus lain, Pak Muhtar tetangga kawan saya khawatir kalau anak gadisnya kecanduan main Facebook. Tiga bulan terakhir ini, kegiatan anaknya melulu depan komputer menikmati jejaring sosial tersebut. Dampaknya, si anak gadis jadi jarang terlihat belajar, baca buku dan mengaji lagi. Tentu saja, internet bisa menimbulkan kerugian besar jika anak-anak tidak mendapat bimbingan yang maksimal ketika bermain internet.

Hm, jika dilarang main internet lagi , mereka akan menangis, marah bahkan stress; atau bahkan diam-diam pergi ke warnet. Jika saya melakukan pemblokiran pada situs-situs yang tidak dikehendaki…ah, terlalu banyak dan anak-anak itu bisa memberikan reaksi yang sama seperti ketika mereka dilarang main internet. Hm, bingung. Jadi, bagaimana sih cara memberikan bimbingan dan arahan yang efektif bagi anak-anak yang betah main di internet? [BADRU TAMAM MIFKA]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun