Menyingkap fenomena kebudayaan di balik layar dan buku, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aqidah Filsafat dan HMJ Sosiologi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati (SGD) Bandung bekerjasama dengan penerbit buku Ultimus menggelar bedah buku 'Antropologi Marx: Karl Marx tentang Masyarakat dan Kebudayaan' (Buku Ultimus, 2011) karya Dede Mulyanto dengan pembanding M. Taufiq Rahman (Dosen UIN SGD Bandung) yang dipandu oleh Dindin el-Kenis di Auditorium Utama UIN SGD Bandung, Kamis (26/5)
Menurut Dede, "Niatan awal penulisan buku ini mencoba mengisi kekosongan yang ditinggalkan dan mungkin juga diniatkan Prof. Koentjaraningrat atau beberapa sisiwa terpercayang untuk menulis tentang sumbangsih pemikiran Karl Marx terhadap antropolog" katanya
Pelajar antropologi dan pelajar ilmu sosial buku sejarah Teori Antropologi Prof. Koentjaraningrat. "Kekurangannya tidak adanya perian tentang pengaruh Marx dan teori-teori marxis di dalam antropologi. Hanya tiga kali disebut pada saat memberikan perkembangan antropologi di Uni Soviet." paparnya
Perbedaan antara Marxisme sebagai paradigma ilmu sosial dan ideologi politik. "Antrpologi ekonomi di Jawa enggan menulis atau menggunakan istilah antropologi Marx untuk dialiran-aliran pemikiran pasca subtantivis formalis" ujarnya
Pembahasan dan teori-teori di dalm buku ini dimaksudkan hanya untuk melengkapi pengetahun dasar para pelajar antropologi dan dosial dengan menggunakan kerangka atau pemikiran sejarah teori antropologi. Karena antopologi pengabungan dua disiplin antrpologi klasik dan entografi.
Mengenai antropologi Marx, "Marx bukan antropologi sekolahan. Dari hasil penelusurannya atas berbagai bab antara antropologi dan marxisme." katanya
Menurut Maurice Bloch menemukan bahwa pemanfaatan antropologi dan sejarah oleh Marx dan Engels bisa dibagi kepada dua tujuan; Pertama, Bersifat historis. Kedua, Retoris. Kedauanya tertarik kepada kebudayaan primitif karena mereka ingin membangun sebuah teori tentang masyarakat dalam upaya menjelaskan sebab-sebab kemunculan kapitalis.
Mereka mau tidak mau harus membaca banyak karya dari luar trinitas suci. Membutuhkan bukti dan kasus yang digali ilmiah untuk menunjukan lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat borjuis secara historis merupakan ciptaan manusia belak di suatu babak sejarah tertentu.
"Memang gagasannya tidak orisinil. Berpengaruh dari klasik karena Marx bukan nabi seperti kita yang mendapatkan wahyu dari Tuhan. Membaca Ibn Khaldun tentang kekayaan itu berasal dari nilai kerja. Jangan-jangan Marx telah membacanya sehingga upah itu ditentuka dari etos kerja. Yang orisinilnya Marx bisa merangkumnya dari ilmu antropologi, sosial, dan filsafat. " tegasnya
Mengenai buku ini, Taufiq berkomentar "Buku ini sangat bagus, orisinil. Meskipun ada kekuranganya. Namun, buku ini bisa memberikan gambaran Marx yang tidak dilihat dari perubahan masyarakat yang memperjuangakan kelas, Tapi dari antropologi." tuturnya
"Tentunya, untuk merubah suatu masyarakat buku ini sangat penting. karena semuanya telah dikuasai oleh kapitalis" pungkasnya