Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rayagung: Bulan Naik Haji

20 November 2009   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menjelang keberangkatan ke tanah suci, masyarakat akan berbondong-bondong mendatangi rumah orang yang mau naik haji.

Dengan hujah mengadakan ’walimatu safar’ (syukuran sebelum berangkat haji), orang kampung akan diundang untuk berdoa di rumah orang yang mau berangkat haji.

Selain bagus untuk silaturahim sesama anggota masyarakat, undangan ini juga berimplikasi pada semakin termotivasinya orang lain untuk ingin naik haji.

Di hari pelepasan pemberangkatan haji, orang-orang di kampung juga akan berbondong-bondong mengantar dan melepas kepergian anggota masyarakat yang naik haji.

Situasi haru melepas kepergian tetangga naik haji sangat jelas terlihat dan dirasakan masyarakat kampung. Bahkan melepas orang berangkat naik haji seperti melepas jenazah yang mau dikuburkan. Isak tangis keluarga, sahabat dan tetangga tidak bisa dihindari.

Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa begitu tingginya apresiasi masyarakat terhadap orang yang mau naik haji.

Tentunya tidak ada yang salah dengan tradisi di kampung yang begitu mengagungkan status sosial orang yang naik haji.

Hanya saja jangan sampai niat seseorang untuk beribadah naik haji dikotori oleh tujuan naik haji karena prestise.

Berazamlah naik haji untuk ikhlas beribadah kepada Allah dan memenuhi panggilan-Nya beribadah ke tanah suci Mekkah.

Jika niat naik haji karena ingin mendapatkan status sosial yang tinggi di mata masyarakat, maka jangan menyesal kalau hajinya tidak mabrur.

Haji yang mabrur akan terlihat dari prilaku seseorang sepulang dari naik haji yaitu berprilaku menuju arah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun