Mohon tunggu...
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung
Sunan Gunung Djati Blogger UIN SGD Bandung Mohon Tunggu... -

Sunan Gunung Djati adalah Harian Online Blogger Sunan Gunung Djati. Semula berawal dari Komunitas Blogger Kampus UIN SGD Bandung yang terbentuk pada tanggal 27 Desember 2007. Sejak 9 Februari 2009 dapat mengudara di Jagat Internet. Staff Redaksi: Pimpinan Umum: Ibn Ghifarie| Pimpinan Redaksi: Sukron Abdilah| Pengelola dan Keamanan Website: Badru Tamam Mifka, Zarin Givarian, Ahmad Mikail| Desain: Nur Azis| Kontributor Tetap: Pepih Nugraha (Senin-Ngeblog), Neng Hannah (Selasa-Gender), Bambang Q Anees (Rabu-Filsafat), Asep Salahudin (Kamis-Kesundaan), Afif Muhammad (Jumat-Teologi), ASM Romli (Sabtu-Media) Tim Susur Facebook: Cecep Hasanuddin, Reza Sukma Nugraha Tim Susur Blog: Amin R Iskandar, Jajang Badruzaman, Dasam Syamsudin, Dudi Rustandi. Seputar Redaksi: redaksi@sunangunungdjati.com Ayo Ngeblog, Ayo Berkarya! Selengkapnya klik www.sunangunungdjati.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rayagung: Bulan Naik Haji

20 November 2009   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sunan Gunung Djati-Bulan Dzulhijjah pada masyarakat Sunda Jawa Barat dikenal dengan nama Bulan Rayagung selain Bulan Haji

Penamaan bulan Rayagung nampaknya diambil dari kata ’hari raya yang agung’ atau hari raya besar, karena memang pada bulan ini umat Islam selain merayakan Hari Raya Iedul Adha juga bulan berangkat berhaji ke tanah suci Mekkah dan Medinah.

Pada bulan ini, kampung-kampung di pedesaan masyarakat Sunda diramaikan dengan banyaknya pasangan pengantin yang menikah dengan harapan mengambil moment yang agung di bulan Rayagung.

Berbeda dengan bulan Zulkaedah yang terkenal dengan sebutan ’Bulan Hapit’ dimana sangat sedikit masyarakat Sunda yang melaksanakan pesta hajatan, baik pernikahan maupun khitanan.

Bulan ’Hapit’ nampaknya diambil dari kata ’terjepit’ karena memang bulan ini berada diantara dua bulan yang berisi hari raya besar yaitu Iedul Fitri (bulan Syawwal) dan Iedul Adha (Dzulhijjah). Bulan terjepit ini dipandang kurang baik untuk acara-acara besar seperti pernikahan dan khitanan.

Bulan Dzulhijjah dianggap ’Agung’ dan terhormat karena dalam tradisi masyarakat Sunda orang yang sudah naik haji, yang tentunya dilaksanakan pada bulan Rayagung, dipandang sebagai orang yang lebih terhormat dibandingkan anggota masyarakat lainnya yang belum berhaji.

Tradisi menganggap status sosial orang yang sudah naik haji lebih tinggi nampaknya bukan hanya ada dalam tradisi Sunda bahkan masyarakat lainnya di Indonesia.

Tak heran kalau sebutan ’Pak Haji dan Bu Haji’ menjadi cukup sakral dan mempunyai makna prestise tersendiri bagi anggota masyarakat yang menyandangnya.

Karenanya, orang-orang di kampung sangat antusias untuk bisa berangkat haji.

Selain termotivasi untuk ibadah menyempurnakan rukun Islam yang kelima, berangkat haji secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap status sosial di kampung bagi orang yang menunaikannya.

Tak heran kalau berangkat ke Mekkah, menjadi impian bagi orang-orang di kampung. Mereka tak segan-segan untuk menabung bertahun-tahun supaya mampu membayar ongkos naik haji yang nilainya puluhan juta itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun