Mohon tunggu...
Acep Imam S.R
Acep Imam S.R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aktvis Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya Fakultas Dakwah Prodi Ilmu Tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Tasawuf Dalam Kitab Simthu Ad-Durar

22 November 2024   14:17 Diperbarui: 22 November 2024   15:35 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Simthu  ad-Durar adalah  salah  satu  karya  tentang  sejarah  nabi Muhammad yang  dikarang  oleh  salah  satu  ulama  kenamaan pada masanya  yaitu  Habib  Ali  bin  Muhammad  al-Habsyi.  Karyanya  tidak kalah  popular  dengan  karya-karya  sebelumnya  yang sudah  menjadi santapan rohani para pencinta nabi Muhammad. Diantara karya yang popular  sebelum  munculnya Simthu  ad-Durar adalah Barzanji karya Syekh Jafar al-Barzanji dan adz-Dziba’ karya Syekh Abdurrahman adz-Dziba’.Setiap  tahun  Habib  Ali  bin Muhammad  al-Habsyi  meyeleng-garakan  peringatan  lahirnya  Nabi  Muhammad.  Dengan  membaca maulid adz-Dziba’ sebelum   beliau   mengarang Simthu   ad-Durar. Kegiatan  itu  diselenggarakan  setiap  hari  Kamis  pada  akhir  bulan Rabiul  Awwal  dengan dihadiri  para  ulama  dan  para  pemimpin  di daerah tersebut.

Pada  hari  selasa  pembuka  Rabiul  Awwal  1327  H,  Habib  Ali  bin Muhammad   al-Habsyi   menyuruh   seseorang   untuk membacakan maulid yang menjadi pembukaan pembukaan pada karyanya dengan pembukaan  yang  agung.  Pada  hari  Kamis  10 Rabiul  Awwal  telah sempurna  saduran Simthu  ad-Durar dan  kemudian  dibacakan  pada hari itu juga. Adapun sebab-sebab  atau alasan  penamaan  kitab Simthu  ad-Duraritu  tidak  dijelaskan  oleh  pengarang.  Namun  dalam  petikan karya  Taha  bin  Hasan dikatakan  tujuan  pembuatan  kitab  tersebut adalah  untuk  membangkitkan  rasa  duka  cita  yang  mendalam  bagi para muhibbin atas  hubungan  dan  pertalian  yang  kuat  dengan  nabi Muhammad. Jika   dilihat   masing-masing   kata   penamaan   kitab   tersebut, maka secara sederhana bisa diartikan sebagai “Untaian mutiara kisah kelahiran  manusia  utama;  akhlak,  sifat  dan  riwayat  hidup nabi”. Mutiara-mutiara itulah yang digubah oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Habib Ali kemudian mengomentari  sendiri karyanya  dengan mengataakan:    “jika    seorang    menjadikan    kitab    maulidku    ini sebagai  salah  satu  wirid  atau  menghafalnya maka,  maka sir  atau rahasia   junjungan   nabi   Muhammad   akan   nampak   pada   dirinya. Aku mengarang dan mengimlakkanya, namun setiap  kali  kitab  itu dibacakan  kepadaku,  dibukakan  bagiku  pintu  untuk  berhubungan dengan  nabi  Muhammad. Ucapanku  untuk  nabi  Muhammad  adalah maqbul  semua.  Hal itu dikarenakan  cintaku  kepada  junjungan  nabi Muhammad, bahkan  dalam  tulisan-tulisanku  juga maqbul.  Bahkan dalam  surat-suratku  ketika  aku  menyifati  nabi  Muhammad,  Allah membukakan padaku susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya.

nilai-nilai tasawuf diantaranya

1. Syukur. Banyak ulama mendefinisikan arti syukur, di antaranya menurut Ibnu Qayyim sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Isa ia mengatakan syukur  adalah  kesinambungan  hati  untuk  mencintai  sang  Pemberi nikmat,   kesinambungan   anggota   badan   untuk menaatinya   dan kesinambungan lisan untuk mengingat dan memujinya. Bersyukur  adalah  menisbatkan  anugerah  kepada pemiliknya yang  sejati  dengan  sikap  kepasrahan,  makna  syukur  bukan  hanya secara lisan tapi juga dengan anggota lain yaitu hatinya juga bersyukur

Menurut Habib Ali al-Habsyi syukur dengan lisan adalah nikmat yang  besar.  Manusia  menerima  beban  lebih  besar  pada  saat mereka menerima   nikmat   dibandingkan   dengan   memperoleh   bencana. Karena bencana menuntut kesabaran, dan manusia mampu bersabar sedangkan kenikmatan perlu disyukuri padahal hanya sedikit orang-orang yang bersyukur. Pendapat Habib Ali ini sesuai dengan firman Allah surat Saba ayat 13: Dan sedikit sekali dari hamba-hamba yang bersyukur.

2. Zuhud. “Sederhana perangainya”. Zuhud  secara  literal  berarti  penarikan  diri  dari  kesenangan duniawi  dan  menolak  nafsu rendah.  Zuhud  adalah  sikap  melatih diri  untuk  tidak  berhasrat  kepada  sesuatu  yang  mubah  padahal  ada kesanggupan untuk memperolehnya. Zuhud  ini  mempunyai  sifat-sifat  keutamaan  dengan  sifat  yang lain  seperti al-qana’ah  (merasa  cukup  dengan apa  yang  ada), aliffah(menjaga   diri   dari   sifat   keburukan), as-sabru   (sabar), at-tawadhu’(rendah  hati),  yang  semua  itu  adalah kemampuan  mencegah  nafsu untuk   mendapatkan   kesenangan   dunia.   Karena   Allah   SWT   tidak menyukai  orang-orang  yang suka  duniawi  secara  berlebihan  maka dengan kita menerapkan sifat-sifat di atas tadi maka kita akan terhindar dari nafsu yang menginginkan kesenangan duniawi.

3. Nur Muhammad. Terminologi  nur  Muhammad  adalah  istilah  yang  digunakan oleh  para  sufi  yang  beraliran  tasawuf  falsafi.  Seperti  al-Hallaj, Ibnu Arabi dan al-Jilli. Nur Muhammad tidak persis identik dengan pribadi nabi  Muhammad.  Nur  Muhammad  sesungguhnya bukanlah  persona manusia  yang  lebih  dikenal  sebagai  nabi  dan  rasul  terakhir.  Dalam Simthu ad-Durardibahas pembahasan mengenai nur Muhammad: “Bahwa sesuatu yang mula pertama dicipta Allah. Ialah nur yang tersimpan  dalam  pribadi  ini.  Maka nur insan  tercinta  inilah. Makhluk  pertama  muncul  di  alam  semesta.  Darinya  bercabang seluruh  wujud  ini.  Ciptaan  demi  ciptaan. Yang  baru  datang ataupun yang sebelumnya”.

Pendapat Habib Ali al-Habsyi ini hampir sama dengan pendapat dari Ibnu Araby dalam kitab Fusus al-Hikam-nya, beliau berpendapat bahwa:   Muhammad   adalah   ciptaan   paling   sempurna   dari   ras manusia. Untuk alasan ini segala sesuatu dimulai darinya dan di tutup dengannya. Sungguh, ia telah menjadi seorang nabi saat Adam masih berupa antara air dan tanah kemudian (ketika ia memanifestasi kepada bentuk manusia) dia adalah penutup para nabi”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun