Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Keliru Kolektif di Balik Kasus Anak dan Disabilitas, Simpulan Peneliti atau Paranormal?

7 Desember 2024   06:28 Diperbarui: 7 Desember 2024   06:32 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan-jangan, simpulan secara psikologis yang merupakan bagian dari sedemikian banyak hasil riset atau penelitian tentang bisikan gaib yang berasal dari gangguan sensori memang bukan faktor penyebab di kasus anak ini. Tetapi apakah kita percaya bahwa bisikan itu berasal dari makhluk gaib, roh, atau kekuatan supranatural?

Di kasus kedua, warganet dibuat terhenyak oleh dugaan pelecehan atau perkosaan terhadap seorang mahasiswi, yang dialamatkan kepada seorang pemuda disabilitas. 

Sebagian besar daya nalar warganet tentu akan berpikir sepakat bahwa sangat tidak masuk akal atau di luar nalar, seorang pemuda yang tidak memiliki kedua tangan bisa melakukan pelecehan atau perkosaan. 

Tetapi faktanya, aparat hukum dengan segala keterangan, saksi dan bukti yang telah didapat, sudah menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka. 

Meskipun demikian, daya nalar kolektif masyarakat yang juga seakan berlaku secara umum dan kolektif pula, masih berupaya menolak gagasan bahwa pemuda disabilitas bisa jadi tersangka. 

Terlebih korbannya adalah seorang mahasiswi dewasa yang secara fisik dan intelektual seharusnya mampu melakukan perlawanan. Apakah seorang disabilitas bisa melakukan pelecehan atau perkosaan kepada wanita dewasa dan berpendidikan pula? 

Pertanyaan yang sama juga banyak diungkapkan warganet di media sosial. Apalagi pemuda disabilitas itu berani membuat permintaan terbuka bahkan ke presiden agar dirinya dibantu untuk kasus yang sedang menjeratnya. 

Di dalam permintaan terbuka melalui media sosial itu dia tidak hanya meminta bantuan, tetapi sekaligus menunjukkan dan berupaya melakukan konformitas agar warganet empati dan simpati serta mendukung dirinya. 

Namun beberapa hari setelahnya, alasan kepolisian menjadikan pemuda disabilitas dijadikan tersangka didukung oleh berbagai informasi dari orang-orang yang mengenal pemuda disabilitas tersebut, bahkan korban pelecehan yang dilakukan oleh pemuda disabilitas itu sudah mencapai 13 orang. 

Hal itu bukan hanya membuat warganet kembali tercengang dan bertanya, bagaimana caranya? Tetapi sekaligus memberi kesadaran nalar bahwa apa yang selama ini terbangun dan dibangun adalah keliru kolektif atau kesalahan kolektif. 

Sesuatu yang menurut logika tak mungkin dan kemudian dalam perspektif kesepakatan umum dalam ranah pikiran kolektif terbentuk pola pelaku pelecehan atau perkosaan hanya mengarah pada nondisabilitas atas manusia berfisik sempurna 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun