Tetapi bukannya menunjukkan pembuktian konkret atau minimal melahirkan solusi cerdas, debat pada setiap acara atau program justru menciptakan polemik dan berlanjut di kolom komentar oleh masing-masing kubu pembelanya.Â
Tak jarang bersambung dengan pembuatan konten-konten penguat pendapat atau argumentasi oleh masing-masing kubu untuk melakukan pembelaan siapa yang benar dan siapa salah, dengan catatan tetap tanpa titik temu.Â
Begitu terus debat yang terjadi antar para elite di ruang-ruang digital tanpa melakukan eksekusi melalui adu atau uji validitas data secara langsung. Pertanyaannya, di tingkat pendidikan yang mana perdebatan hanya bisa diuji lewat retorika tanpa pembuktian untuk dapat menentukan validitas dan kebenaran suatu data?Â
Di dunia pendidikan, Ujian Nasional 2024 mengacu pada wacana Ujian Nasional yang akan dikembalikan oleh Kemendikdasmen usai Kemendikbudristek dipecah, banyak pihak tidak setuju atau tidak sepakat, dengan alasan yang juga belum dapat diuji kepastiannya.Â
Padahal dengan adanya UN, ini berarti dunia pendidikan sedang menguji kebenaran sapi penghasil susu makan martabak, tentu saja dalam konteks yang sangat luas.Â
Pendidikan juga seharusnya melahirkan mental-mental pendebat yang tidak asal bicara walaupun berbasis data. Karena data yang benar adalah data yang bisa ditunjukkan validitasnya, bukan sekadar retorika semata.Â
Maka dari perisitiwa debat sapi dan martabak kita bisa belajar banyak hal dan mengambil manfaat untuk membuat pendidikan berkualitas di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dipelajari dan bermanfaat dari kebenaran sapi makan martabak antara lain:
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki sifat adaptif terhadap lingkungan dan peradaban manusia. Seperti sapi yang ternyata tidak lagi hanya makan rumput, dedaunan, sayuran atau buah-buahan, sapi beradaptasi pada apa pun makanan yang diuji cobakan.Â
Dengan demikian, dunia pendidikan dengan segala konsep, sistem, strategi dan perkembangannya tidak berjalan statis, melainkan terus mengikuti dinamika yang terjadi.Â
2. Sapi makan martabak menunjukkan bahwa kemampuan beradaptasi seharusnya diterapkan pada pola pendidikan kita, sehingga apa pun tantangan dan perubahan yang terjadi akan mampu diantisipasi oleh setiap generasi yang dihasilkan oleh pendidikan.Â
3. Dunia pendidikan wajib melahirkan generasi cerdas yang tidak hanya mampu menjadi pendebat hebat tetapi sekaligus pendebat yang solutif dan bermental ksatria.Â