Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berkaca dari Slogan 'Pulang Malu Tak Pulang Rindu' untuk Alumni LPDP

14 November 2024   06:08 Diperbarui: 14 November 2024   06:14 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: (Screenshot TikTok @bismantoro_23/otomotif.kompas.com

Viral di platform media sosial TikTok, slogan "Pulang malu tak pulang rindu" menempel di belakang bus yang juga terdapat logo bertuliskan 'Sahat's Trans' di bawah slogan dan di samping bodi bus, yang melintas di sebuah jalan tol negara Jepang. Padahal biasanya slogan tersebut banyak tersaji di bagian belakang truk atau bus di Indonesia.  

Usut punya usut, dari oto.detik.com seperti dikutip dari website resminya, Sahat's Trans merupakan anak perusahaan dari Sahat International Co, Ltd, yang bergerak di bidang penyediaan kebutuhan transportasi di Jepang, terutama Hi-Ace, Fuso Rosa (Micro Bus), dan Isuzu Gala (Big Bus).

Kantor pusatnya berlokasi di Sapporo Hokkaido dan memulai bisnis transportasi pada tahun 2015. Disebutkan perusahaan ini milik warga negara Indonesia di Jepang yang didirikan pada tahun 2008. 

Kemudian pada pertengahan tahun 2018, perusahaan Sahat`s Trans mulai membuka cabang baru di Chiba Tokyo untuk meningkatkan jangkauan layanan. Tetapi apa sebenarnya yang melatar belakangi slogan pulang malu tak pulang rindu di bus itu?

Jika berkaca dari slogan "Pulang malu tak pulang rindu" di bagian belakang truk atau bus di Indonesia, sebagian besar masyarakat tentu bisa menduga apa maksud dari bunyi slogan tersebut. Maksud dari slogan pulang malu tak pulang rindu cenderung merujuk pada slogan yang dibuat oleh sang sopir yang membawa truk atau bus itu.  

Suatu pekerjaan yang tugasnya mengemudikan kendaraan truk atau bus untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Pekerjaan yang senantiasa membuat sang sopir jauh dari keluarga dan meninggalkan mereka untuk waktu yang lama.

Karenanya apabila sang sopir tak mendapatkan penghasilan atau uang yang bisa dibawa pulang untuk kebutuhan keluarganya, ia akan malu jika pulang. Di sini, ada tekad keharusan dalam dirinya agar bisa membawa pulang uang. 

Tetapi bila pun setelah berusaha keras uang yang diharapkan tidak sesuai, ia akan tetap pulang karena rindu pada keluarganya, pada isteri dan anaknya.   

Sebab itulah di dalam slogan "Pulang malu tak pulang rindu" terkandung filosofi kehidupan dalam bentuk semangat, tanggung jawab, keinginan membahagiakan, kerja keras, gengsi dan cinta kasih seorang ayah pada keluarganya.

Begitupun slogan yang sama yang tertulis di bus Sahat's Trans di Jepang, ada filosofi kehidupan yang identik bagi sopir atau pemilik busnya dalam kerinduan pada keluarga dan/atau tanah airnya.

Maka berkaca dari filosofi sopir, ayah dan pemilik usaha bus atas slogan "Pulang malu tak pulang rindu" untuk alumni LPDP, kita harus berbaik sangka bahwa sekalipun mereka tak mempunyai kewajiban pulang, mereka yang belum mau atau bisa pulang adalah alumni-alumni LPDP yang belum memiliki pencapaian yang mampu dijadikan bekal untuk memberikan kontribusi pada bangsa dan negara.

Selanjutnya, beranjak dari pencapaian yang belum mampu diraih, alumni LPDP akan menanggung rasa malu jika mereka pulang tak bisa memberikan kontribusi apa-apa pada bangsa dan negara. 

Sehingga bagi mereka yang belum mau atau berkenan pulang, mereka adalah alumni-alumni yang sedang bersemangat, bekerja keras, berkeinginan menjadi manusia bermanfaat kelak bagi bangsa dan negara. 

Mereka semua kini tengah berjuang untuk meraih prestasi dan pencapaian untuk bangsa dan negaranya saat tiba waktunya pulang nanti. Setidaknya,  kesamaan akan kerinduan pada keluarga dan tanah air pasti akan membuat mereka kembali pulang.  

    

Referensi

https://oto.detik.com/berita/d-7635755/aura-pantura-viral-bus-pakai-stiker-pulang-malu-tak-pulang-rindu-wara-wiri-di-jepang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun