Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan dari Masa ke Masa Bersama Kemajuan Kereta Api

23 Oktober 2024   18:53 Diperbarui: 23 Oktober 2024   18:58 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tipe jembatan maut dengan perilaku penumpang di atap gerbong tempo dulu. Tembok pembatas anti serangan. Dok.Pri dan Wisnu Widiantoro/kompas/kompas.id 

Kemudian saat kami berada di dalam kereta api yang mulai melaju ke arah Tangerang, tanpa membuang waktu kami berempat menyisir gerbong. Bergerak dari gerbong pertama menelusuri lorong demi lorong sambil berteriak bersahutan, "Es mambo es! Es mambo es! Yang haus! Yang haus!".

Penumpang kereta berjejalan. Bangku-bangku di tiap gerbong tidak satupun kosong meski bantalan duduknya tampak keras, sobek dan rusak di sana-sani. Lorong tiap gerbong pun disesaki para penumpang yang berdiri. Beberapa penumpang bahkan tampak berdesakan di pintu-pintu gerbong yang memang pada masanya bisa dibuka secara manual. Kalau saja waktu itu pagi, sore atau siang tak menyengat, pastilah sejumlah penumpang sudah berpindah ke atap gerbong, tanpa rasa takut akan berpindah alam.

Tidak sampai di situ saja, lorong tiap gerbong juga dipenuhi barang atau benda besar. Karung-karung berisi pakaian, peti-peti kayu, kotak-kotak buah, sayuran, hewan hidup seperti ayam, bebek, burung atau hewan lainnya. 

Bau napas dan keringat, kotoran hewan, pengap udara, berisik obrolan, tangis anak-anak, dan teriakan-teriakan pedagang seperti kami berempat, yang saling bersahutan seperti hendak mengalahkan bunyi derak mesin kereta api tapi tak mampu. 

Tak ada aturan, tanpa pengawasan, minim fasilitas, rawan kriminal dan pelecehan serta ancaman bahaya bahkan jurang kematian di depan mata. 

Suatu masa dimana moda transportasi kereta api  jalur jabodetabek tempo dulu teramat kacau, berantakan dan terpaksa digunakan oleh masyarakat kelas bawah karena tak punya banyak pilihan. Tapi bersyukurnya, saya dan ketiga teman kembali pulang dengan selamat, es mambo yang kami jual habis tanpa sisa.

    

Masa Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), Meninggalkan Masa Remaja di Gerbong Kereta Barang Menuju Yogyakarta   

Tahun 1997. Perjalanan jarak jauh saya tempuh bersama dua orang teman dengan moda transportasi kereta api di bawah kendali Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). 

Perjalanan Jakarta Stasiun Pasar Senen -- Yogyakarta Stasiun Lempuyangan dan jalur lintas sebaliknya. Boleh dibilang perjalanan Jakarta-Yogkarta bersama dua teman rumah, saya lakukan tanpa rencana matang. Obrolan iseng masa remaja selepas halal bihalal di hari lebaran yang senantiasa membosankan dengan rutinitas libur hari raya, yang selalu berkutat di lingkungan rumah tinggal, terlaksana dua hari setelah obrolan iseng.

Berbekal uang seadanya dengan persiapan sekenanya, saya dan dua orang teman berangkat seusai waktu maghrib ke Stasiun Pasar Senen. Bagaimana tidak sekenanya dan seadanya? Salah seorang teman saya masih sibuk bermain judi gaple untuk menambah bekal katanya. Padahal saya dan seorang teman lagi sudah bergegas dan berkemas, terlebih ia bisa saja kalah judi. Rencana bisa gagal total. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun