"Produktivitas tidak pernah kebetulan. Itu selalu merupakan hasil dari komitmen terhadap keunggulan, perencanaan yang cerdas, dan upaya yang terfokus." - Paul J. Meyer
Di tengah isu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang banyak terjadi di banyak perusahaan, jumlah para pencari kerja di Indonesia semakin bertambah. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan RI, pada periode 2021 hingga 2023 jumlah angkatan kerja di Indonesia meningkat sebesar 5,39% menjadi 7,56 juta orang. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin bertambahnya ketersediaan pasokan tenaga kerja di Indonesia.Â
Angka ketersediaan pasokan tenaga kerja tersebut memunculkan ketimpangan yang tak sebanding dengan jumlah keterbukaan lowongan kerja, yang kabarnya berada dikisaran ribuan lowongan. Dengan perbandingan angka itulah banyak perusahaan atau institusi yang membuka kesempatan kerja memperketat persyaratan pelamar kerja dengan mencantumkan batas usia kerja, pengalaman kerja, tinggi badan, agama atau lainnya.Â
Keterbatasan ketersediaan lowongan kerja seharusnya tidak membatasi produktivitas bagi para pencari kerja yang tidak diterima oleh industri kerja karena tidak memenuhi syarat atau alasan lainnya. Sebab produktivitas tidak hanya sebatas bekerja sebagai pegawai di perusahaan atau institusi, melainkan bergerak untuk menciptakan ide, kreasi, inovasi yang dapat menghasilkan produk atau jasa dan mampu membuka lapangan kerja untuk diri sendiri serta orang lain.
Produktivitas dimulai dari berpikir produktif. Sebuah cara berpikir yang terbentuk ketika seseorang mempunyai kaidah yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan pemikiran atau ide, produk dan inovasi yang dapat dituangkan melalui praktik dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain, metode berpikir produktif adalah menempatkan kemampuan menghasilkan ide, produk dan inovasi di akalbudi untuk segera diolah dan diwujudkan. Â
Sederhananya, berpikir produktif adalah proses berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Di era generasi topping, dengan karakteristik utama memanfaatkan platform digital atau platform media sosial, cara berpikir produktif secara otomatis telah mempunyai wadah atau media pendukung agar pikiran-pikiran produktif setiap orang bisa direalisasikan dengan segera.Â
Dengan hanya bermodal sebuah smartphone, setiap individu dapat memproses pikiran produktifnya menjadi sebuah karya atau produk dan dapat dilihat, dinikmati hingga diminati oleh banyak orang. Smartphone dengan beragam fitur, dan berbagai sistem aplikasi platform digital atau platform media sosial di dalam genggaman, merupakan media solutif bagi banyak orang untuk bisa menunjukkan produktivitasnya. Apakah berpikir produktif bagi para pencari kerja diperlukan?Â
Lah iya. Lulus sekolah mau cari dan dapat kerja kenapa diminta untuk berpikir produktif? Ingin cepat punya uang dari hasil kerja kenapa diminta membuat karya atau produk? Apa gunanya sekolah? Apa manfaatnya berpikir produktif? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat dijawab dengan memberikan pemahaman bahwa berpikir produktif akan bermanfaat antara lain untuk: Â Â
1. Â Membangun semangat atau memotivasi diri untuk menjadi produktif banyak untungnya, nyaris tidak ada ruginya. Â Â
2. Membangun mental mandiri, jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship.Â