Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Topper: Orang-orang yang Ingin Berada di Puncak Generasi Topping

22 Mei 2024   20:00 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:17 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Topper dengan tipe ini umumnya tidak akan menolak untuk melakukan pengembangan diri terhadap pengetahuan baru tentang berbagai perkembangan di dunia digital agar selalu bisa mengikuti dan melakukan pembaruan (update). Topper campers meyakini bahwa hanya dengan mendaki ke puncak tertentu, dan menetap di sana serta melakukan berbagai aktivitas secara konsisten, suatu ketika akan datang momen yang tanpa ragu dapat membawanya sampai ke puncak. 

Sekalipun tampak bersenang-senang saja dengan usaha seadanya dalam membuat konten, dan cenderung menghindari masalah serta tidak mau ambil risiko, tapi tidak bisa dipungkiri jika topper campers juga bisa mendapatkan fase viral dan membuka jalan kesuksesan, raihan keuntungan atau hasil yang disebut sukseskadabra. Beberapa topper campers bahkan lebih memilih bisa berbagi manfaat tanpa berkeinginan untuk mencapai puncak. 

Sementara untuk climbers, sesuai dengan artinya climbers yaitu topper yang terus mendaki. Topper dengan jenis ini akan berusaha dengan segala daya, kreasi dan inovasi untuk membuat konten-konten yang mampu menarik atensi publik untuk terus mendapati fase viral secara terus-menerus.   

Tekadnya adalah berjuang hingga puncak kesuksesan. Bahkan topper climbers dapat melihat harapan dibalik masalah. Baginya hal-hal yang sepele dapat digunakan untuk sampai ke puncak kesuksesan. Keinginannya yang besar menjadikan dirinya tidak terpengaruh oleh fasilitas dan lingkungan interaksi sosial digital. 

Percaya dirinya yang tinggi membuatnya bergairah mencapai tujuan hidup dan ingin terus menetap di puncak. Bahkan tantangan baginya adalah makanan sehari-hari yang siap untuk dilahap.   

Pendaki terakhir di generasi topping adalah deviaters. Dalam kehidupan nyata, pendaki jenis ini tidak diperhitungkan keberadaannya tetapi kemampuannya mendaki hingga ke puncak seringkali membuat pendaki lainnya tercengang. Bagaimana tidak? 

Pendaki penyimpang merupakan jenis pendaki yang dari segi tampilan dan barang bawaan tidak tampak seperti seorang pendaki. Jalur yang ditempuh oleh pendaki penyimpang seringkali bukan jalur yang seharusnya. Tak jarang pendaki jenis ini membuka jalur sendiri dan tidak peduli dengan adanya larangan atau sinyal bahaya. Asal sampai ke puncak yang dikehendaki untuk mendapatkan tujuannya, apapun diterabas. 

Pendaki penyimpang dalam konteks pendakian di gunung-gunung adalah orang-orang yang tidak memiliki tujuan untuk mendapat atau merasakan kepuasan dan keindahan dari alam semesta. Terlebih menunjukkan rasa bangga setelah dirinya mampu tiba di puncak gunung. Salah satu yang dapat disebut sebagai pendaki penyimpang adalah orang-orang yang mendaki ke puncak untuk melakukan ritual persembahan atau apapun itu.  

Maka bagi pendaki penyimpang, mencapai puncak gunung bukanlah suatu kebanggaan sebab kebanggaan baginya adalah ketika ritual yang dilakukannya di puncak gunung memberikan hasil yang sesuai dengan keinginannya. Jenis pendaki inilah yang kemudian merepresentasikan fakta bahwa untuk tiba di puncak kesuksesan dalam konteks keuntungan atau hasil, tidak melulu diraih oleh kerja keras yang tanpa mengenal kata menyerah dengan berpikir dan bertindak positif lalu tiba di puncak, melainkan pula dapat diraih oleh kerja keras yang menyimpang dalam cara pikir dan bertindak negatif dan tiba di puncak juga. 

Di generasi topping, topper deviaters merupakan jenis pendaki yang akan melakukan apapun untuk membuat kontennya mencapai fase viral agar dapat meningkatkan akumulasi metrik engagement rate akun miliknya dan akumulasi view hingga kelak memberikan dampak pada akumulasi follower atau subscriber, akumulasi monetisasi atau nilai ekonomi serta keuntungan sosial digital lainnya. 

Pada kenyataannya, sejumlah topper yang dulunya bukan apa-apa atau bukan siapa-siapa dan telah berhasil menempati posisi puncak dengan dikenal sebagai selebgram, selebtiktok, youtuber, influencer atau lainnya, dulunya berangkat dari pembuat konten-konten yang tidak mengedukasi, nirfaedah, sensasi, kontroversi atau konten-konten yang melanggar aturan, moral, etika, agama, norma atau nilai positif lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun