Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Kosakata Gaul Lebih Bergema Dibanding Kosakata Baru?

17 April 2024   17:06 Diperbarui: 17 April 2024   17:48 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: jurnalpost.com pada artikel M. Thaufan Arifuddin judul Mengenal Neologisme Ideologi

Beberapa waktu lalu dalam salah satu sesi debat capres-cawapres sempat bergema kosakata omon-omon, sebuah bentukan kata baru yang dipelesetkan dari kosakata omong-omong. 

Kosakata baru semacam omon-omon, yang lahir pada sebuah momen tertentu dan tersaji secara langsung di berbagai flatform digital atau flatform media sosial ternyata lebih mudah menyebar serta cepat dikenal dibanding kosa kata yang sengaja dibentuk untuk membuat makna baru dengan upaya memenuhi kaidah dan pemaparan latar belakang dan/atau sebab akibatnya. 

Omon-omon dibentuk atau terbentuk dari kosakata yang sudah ada hanya dengan cara dipelesetkan untuk suatu tujuan dan/atau karena lain hal, yang kemudian viral serta diidentikkan dengan bahasa gaul. Identifikasi tersebut tentu merujuk pada beberapa kata bahasa gaul lainnya, yang timbul oleh proses pemelesetan kata. Tapi mengapa kosakata gaul lebih bergema dibanding kosakata baru bermakna yang sengaja dibentuk menggunakan kaidah proses pembentukkan kata baru? 

Ada beberapa alasan yang bisa menjadi penyebab mengapa kata baru gaul yang dibentuk atau terbentuk tanpa menggunakan kaidah proses pembentukkan kata, semacam kata yang dipelesetkan (bahasa gaul) seperti omon-omon lebih mudah menyebar, dikenal hingga lebih bisa dan cepat diterima sebagai perbendaharaan kosakata baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Setidaknya ada 6 (enam) alasan mengapa kosakata gaul lebih bergema dibanding kosakata baru bermakna:

1. Orang atau kelompok orang yang mempopulerkan kosakata baru (bahasa gaul) merupakan tokoh atau kelompok publik yang memiliki partisan, simpatisan, fandom atau mewakili generasi yang  mampu memengaruhi dan menarik banyak atensi publik. Enggagement rate yang dibangun dan terbangun mempunyai keterlibatan atau interaksi yang aktif. Sedangkan kosakota baru bermakna yang dilahirkan untuk memaknakan sesuatu lebih cenderung terendap di dalam enggagement rate pasif.  

2. Merujuk pada bahasa gaul berarti mendeskripsikan bahwa kosakata baru yang terbentuk atau sengaja dibentuk mempunyai sifat komunikasi interaksi sosial untuk kalangan orang-orang yang mengidentifikasi diri sebagai orang-orang yang selalu bergaul atau bersosialisasi. Dalam hal ini kata baru gaul yang terbentuk dan dibentuk seringkali digunakan dalam setiap interaksi sosial mereka sehingga kata baru gaul tersebut cepat menyebar dan dikenal. Sementara kosakata baru bermakna baru hanya diperkenalkan dan digunakan oleh seseorang atau kelompok pencetusnya. 

3. Kalangan muda yang selanjutnya identik dengan orang-orang gaul yang kini terkoneksi secara digital dan masuk ke dalam generasi topping, menggunakan kata baru gaul tersebut dalam setiap interaksi sosial digital dan saling berbagi di berbagai platform digital dan platform media sosial. 

Di lain sisi, kosakata baru bermakna baru yang bukan bahasa gaul dan tidak memiliki komunitas interaksi aktif nyaris tidak pernah masuk ke dalam ranah interaksi komunikasi sosial digital apalagi dibagikan. Di titik ini, fakta menunjukkan bahwa proses literasi tidak akan bekerja dengan efisien dan efektif ketika hanya sebatas ditulis atau dibaca tanpa adanya orang-orang atau kelompok/komunitas aktif  yang menyebarluaskan atau membagikan.

4. Magical Mirroring Chamber

Magical mirroring chamber yang merupakan ruang pencerminan, ruang peniruan atau ruang imitasi ajaib adalah momentum terhimpunnya dorongan yang kuat dari mirror neurons setiap orang untuk menirukan kata, frasa, kalimat, lantunan, suara, gerak dan/atau perilaku karena pengaruh daya tarik (magnetisme) digital terhadap indra manusia atas apa yang telah disaksikannya di ruang pencerminan, ruang peniruan atau ruang imitasi (mirroring chamber). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun