Ramadan tiba. Marhaban ya Ramadan! Begitulah sepatah kalimat yang suka diucap atau ditulis oleh sejumlah besar umat Islam ketika menyambut datangnya bulan suci Ramadan.Â
Bulan penuh rahmat dan ampunan itu juga biasa disambut dengan berbagai ritual, seperti ritual mandi hadas, bersih-bersih rumah, ruwahan, melakukan ziarah kubur, dan meminta maaf kepada, sahabat, kerabat, sanak saudara dan handai tolan.Â
Semua upaya tersebut merupakan gambaran secara keseluruhan sebagai langkah menyucikan jiwa untuk mempersiapkan diri dalam menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan.Â
Kata kunci menyucikan jiwa yang coba diraih melalui berbagai ritual tadi rasanya belum cukup diterjemahkan tanpa memaparkan poin apa yang wajib dibuang atau dimusnahkan untuk membentuk keikhlasan.
Semua ritual persiapan puasa yang dilakukan agar dapat menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan, intinya adalah untuk membuang atau memusnahkan segala bentuk kesalahan, khilaf dan maksiat atas keburukan atau dosa masa lalu dengan pengharapan mendapat ampunan. Sehingga ibadah ramadan yang dijalankan akan terlepas dari bayang-bayang keburukan atau dosa masa lalu.
Sementara representasi dari kesalahan, khilaf dan maksiat yang hendak dibuang atau dimusnahkan dalam wujud nyata adalah sampah. Yaitu barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun, kertas.Â
Sampah yang dimaksud dalam wujud barang atau benda yang akan dibuang atau dimusnahkan karena tidak terpakai lagi merupakan awal dari bagian ritual dalam persiapan bulan ramadan yang umumnya dilakukan lewat bersih-bersih rumah.
Aktivitas bersih-bersih rumah merupakan salah satu ritual yang menghasilkan sampah konkret, dan bagi umat Islam bersih-bersih rumah merupakan satu dari sekian banyak aktivitas yang menunjukkan kapasitas keimanan.Â
Maka sesuai dengan slogan 'kebersihan sebagian dari iman', aktivitas bersih-bersih tersebut, selain sebagai wujud nyata penilaian iman melalui konsep menjaga kebersihan dan membuang atau memusnahkan yang kotor, sekaligus menjadi representasi untuk menjaga kebersihan hati dari berbagai penyakit hati. Â
Kebersihan nyata untuk merujuk bersih dari sampah konkret dan kebersihan hati untuk merujuk bersih dari berbagai penyakit hati yang antara lain riya atau pamer, lalai, rakus, sombong, dendam, dengki dan iri hati atau penyakit hati lainnya, adalah  2 (dua) dari 3 (tiga) poin penyuci jiwa yang sudah seringkali digemakan.Â