Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lego-Ekobrick: Menggagas Produk Kemasan Berkelanjutan Melalui Standarisasi dan Konsep 4R

11 Januari 2024   22:45 Diperbarui: 11 Januari 2024   23:11 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: twitter.com/verisstrat

"Kalau biasa-biasa saja menanganinya, maka persoalan sampah plastik ini jadi ancaman yang sangat serius bagi kehidupan lingkungan" Rosa Vivien Ratnawati - Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun (PSLB3) KLHK

Konsep Reduce, Reuse dan Recycle (3R) merupakan salah satu cara efektif untuk mengelola sampah yang selalu digaungkan oleh banyak personal dan komunitas. Tetapi konsep tersebut adalah cara yang sudah biasa dalam menangani persoalan sampah, terutama sampah plastik. Lalu cara apa yang tidak biasa?

Data dari program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyebutkan Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Setiap tahunnya, ada 3.2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola. Parahnya, ada 1.29 juta ton dari sampah itu berakhir begitu saja di laut.

Sejumlah fakta tentang sampah plastik di laut Indonesia seperti dikutip dari espospedia.solopos.com, antara lain meliputi:

  • Sampah minum air kemasan gelas dan botol termasuk yang berkontribusi signifikan pada polusi sampah di laut.
  • Air minum kemasan gelas mencapai 10,4 milyar kemasan gelas setiap tahunnya, dengan timbulan sampah 46.000 ribu ton, atau hampir sepertiga dari total timbunan sampah industri air kemasan bermerek.
  • Data juga menunjukkan produksi air kemasan botol sekali pakai mencapai 5,5 miliar botol per tahun dengan volume sampah sebesar 83.000 ribu ton, atau hampir separuh timbulan sampah plastik industri air kemasan bermerek.
  • Pemerintah Indonesia telah menetapkan target nasional pengurangan sampah sebanyak 30 persen dan penanganan sampah sebanyak 70 persen pada tahun 2025 mendatang.

Berdasarkan data dan fakta di atas, untuk sampah plastik saja, konsep reduce, reuse dan recycle ternyata masih belum menemukan performa keefektifannya. Performa konsep 3R meski telah digaungkan dan diterapkan di banyak tempat namun realisasinya belum menampakkan hasil yang siginifikan.

Meski demikian, upaya memperkenalkan dan membudayakan konsep reduce, reuse dan recycle melalui berbagai ruang, media dan kesempatan tampak terus dilakukan baik oleh banyak personal maupun komunitas.

Realisasi konsep 3R kini dituntut untuk semakin masif dan inovatif agar mampu mencapai target pengurangan sampah sebanyak 30 persen dan penanganan sampah sebanyak 70 persen di tahun 2025. Maka pola pikir cara lama yang mengandalkan proses kumpul, angkut dan buang sampah sudah harus benar-benar ditinggalkan. 

Sekarang saatnya darurat penanganan sampah, kepekaan tanggung jawab terhadap sampah tidak lagi hanya dibebankan kepada konsumen melainkan juga menjadi tanggung jawab produsen. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang mampu meregulasi konsep 3R agar dapat dilaksanakan sebagai keharusan atau kewajiban sehingga penerapannya menjadi lebih masif dan mengarah pada target.

Regulasi kebijakan yang dimaksud adalah regulasi dengan kemampuan menggerakkan konsep 3R supaya lebih aktif dan cepat serta sekaligus menyempurnakan proses pengurangan dan penanganan sampah.

Suatu regulasi kebijakan untuk mengelola sampah dengan menambahkan sebuah R ke dalam konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) menjadi konsep 4R, yakni Reduce, Reuse, Recycle dan Redesign. R ke 4 (empat) atau Redesign yang dimaksud adalah mendesain ulang produk kemasan berkelanjutan atau redesign sustainable packaging. Apa tujuannya?

Redesign yang diartikan sebagai mendesain ulang produk kemasan berkelanjutan merupakan bagian dari pemanfaatan energi berkelanjutan dalam pengelolaan sampah yang menjadi tanggung jawab produsen.

Yaitu tanggung jawab produsen dalam memproduksi produk kemasan dengan mengutamakan penggunaan bahan sekali pakai yang dapat terurai atau bahan tahan lama dengan bentuk yang dapat dialih fungsikan atau dimanfaatkan, sekaligus bisa atau mudah didaur ulang  sehingga memenuhi kriteria konsep 3R dan berkelanjutan.

Pada kesempatan ini, salah satu ide berkelanjutan yang diajukan adalah produk kemasan yang didesain ulang dengan pemenuhan kriteria konsep 3R dan dipabrikasi melalui uji Standarisasi Nasional Indonesia (SNI).

Lebih khusus produk kemasan yang dimaksud adalah kemasan gelas dan kemasan botol plastik untuk produk air minum kemasan, yang sedekat ini masih menjadi produk penghasil sampah terbesar dan bermasalah.  

Selanjutnya, salah satu urgensi kebutuhan dalam proses menyempurnakan konsep 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Redesign) adalah regulasi kebijakan yang di dalamnya mengatur dan mewajibkan produsen dalam memproduksi produk kemasan dengan ketentuan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) yang sama atau seragam.

Untuk mewujudkan pelaksanaan konsep 4R bisa dimulai dengan merujuk pada sebuah konsep 3R yang sudah mulai direalisasi secara masif di mana-mana dan menarik untuk dikembangkan sebagai konsep redesign, realisasi konsep itu bernama ekobrick. Apa itu ekobrick?   

Ekobrick adalah bata ramah lingkungan. Disebut 'bata' karena ekobrick dapat menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan. Ekobrick dibuat dari botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali.

Botol-botol plastik yang sudah diubah jadi ekobrick biasanya digunakan untuk membuat furnitur modular, perabotan indoor, ruang kebun, ruang hijau, dinding struktur dan bangunan seperti sekolah dan rumah. Dengan hadirnya ekobrick,  polusi akan jadi solusi dan kemudian akan menjadi gerakan masyarakat yang berkembang di seluruh dunia. Bagaimana caranya?

Keutamaan asal-usul bahan ekobrick umumnya adalah botol-botol plastik bekas produk air minum kemasan dengan bentuk yang identik bulat panjang dan tidak mudah menyesuaikan diri dalam memenuhi ruang kosong yang hendak ditutupi, apalagi saat berupaya disusun untuk menyusun pola, struktur atau bentuk yang dikehendaki.

Maka dengan konsep R ke 4 (empat), redesign atau redesign sustainable packaging merupakan produk kemasan air minum yang didesain ulang dengan menggunakan prinsip lego, sehingga bentuk kemasan botol-botol produk air minum bertransformasi ke bentuk persegi, kotak atau dibentuk sedemikian rupa agar mampu menempatkan, mengikat dan mengaitkan dirinya dalam menyusun pola, struktur atau bentuk yang diinginkan. Produk redesign sustainable packaging ini lalu disebut sebagai kemasan "Lego-Ekobrick". 

Prinsip lego diambil dari permainan bongkar pasang yang terbuat dari plastik berkualitas yang dapat disusun menjadi berbagai pola, struktur atau bentuk bangunan, moda transportasi mainan atau lainnya. Bersama prinsip lego, kemasan lego-ekobrick sebagai produk redesign sustainable packaging dan masuk ke dalam kategori konsep R ke 4 (empat), selain akan mengubah polusi jadi solusi, juga memiliki tujuan antara lain:

  • Ikut berkontribusi dalam menggolkan program SDGs (Sustainable Development Goals)
  • Turut menjaga lingkungan dari limbah domestik dengan menyempurnakan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dalam mengelola atau menangani masalah sampah.
  • Membantu pemenuhan target nasional untuk mengurangi sebanyak 30 persen sampah dan sebanyak 70 persen penanganan sampah.
  • Memudahkan pembuatan ekobrick dan fleksibilitas kemanfaatannya (prinsip lego) dalam membuat berbagai macam furnitur modular, perabotan indoor, ruang hijau, dinding struktur dan beraneka bangunan atau lainnya.
  • Alat peraga edukasi, kemasan lego-ekobrick tentunya dapat digunakan oleh orang tua, guru atau para pembimbing pendidikan yang setara, dengan menjadikan lego ekobrick sebagai alat peraga dalam melakukan edukasi untuk membentuk kecerdasan visual-spasial dan/atau kecerdasan kinestetik-jasmani atau keterampilan motorik

Sedangkan untuk isian kemasan lego-ekobrick salah satunya dapat diisikan dengan limbah dari produk kemasan air minum gelas yang juga bisa di desain ulang (redesign) dengan mengubah jenis bahan plastik atau bentuknya dengan sedemikian rupa agar mampu menyesuaikan dan membentuk lego-ekobrick siap pakai yang baik.

Kemudian produk kemasan lego-ekobrick dan produk kemasan baru untuk isiannya dapat segera dipabrikasi melalui proses standarisasi yang terelugasi kebijakan agar para produsen menyamakan atau menyeragamkan karakter bahan dan bentuk produksi air kemasannya sebagai kewajiban yang tak bisa ditawar atau ditolak demi mencapai tujuan pemenuhan target nasional terkait sampah, kontribusi atas agenda SDGs dan normalisasi terhadap penurunan daya dukung lingkungan global.  

Tetapi eksekusi tanggung jawab atas redesign produk kemasan ada di tangan para produsen, maka pertanyaan yang cenderung akan timbul adalah, apakah para produsen bersedia melakukan redesign terhadap produk kemasannya?

Salah satu produsen air kemasan terbesar, Aqua, meluncurkan kampanye #BijakBerplastik sebagai komitmen yang ditegaskan Aqua dalam mengelola sampah botol plastik pada 5 Juni 2018. Sejak saat itu Aqua menjalankan tiga kegiatan utama dalam pengelolaan sampah botol plastik, yakni Pengumpulan, Edukasi dan Inovasi.

Terkait inovasi, Aqua mengambil langkah besar dengan memastikan plastik yang digunakan masuk ke dalam ekonomi sirkuler. Aqua berencana membuat seluruh kemasannya 100% dapat didaur ulang pada tahun 2025 sekaligus meningkatkan proporsi plastik daur ulang di botol menjadi 50% pada tahun yang sama.

Dengan melihat komitmen Aqua sebagai salah satu produsen terbesar air minum kemasan terhadap penanganan sampah plastik, dan rencana inovasi Aqua pada kemasan produknya yang sejalan dengan konsep redesign sustainable packaging (4R), maka tidak ada alasan untuk tidak menerapkan pabrikasi produk kemasan lego-ekobrick pada semua produsen, terutama produsen air minum kemasan.

Referensi

https://espospedia.solopos.com/indonesia-darurat-sampah-plastik-di-laut-1656228

https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/ecobricks/

https://www.sehataqua.co.id/bijak-berplastik-aqua-kelola-sampah-botol-plastik-dengan-baik/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun