Angka terdekat berapa yang hendak dicapai untuk mendekati 0 persen target penurunan kemiskinan? Jika masih terbilang mendekati 0, artinya target pencapaian penurunan boleh bias, berapa pun angka yang mengikuti di belakang koma.
Soalan tersebut seolah ikut menjawab kenapa definisi miskin atau kemiskinan terhadap penanggulangan dan cara kita mengentaskan kemiskinan juga menjadi bias mulai dari pengumpulan data, pengklasifikasian, pendistribusian bantuan dan lainnya, sampai soal prestasi atau kegagalan tentang pencapaian angka penurunan kemiskinan yang selalu menjadi bahan debat di tiap pemilu presiden.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaknakan miskin sebagai tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Sementara kemiskinan berarti hal miskin; keadaan miskin.
Makna atau arti miskin atau kemiskinan berdasar KBBI rasanya sudah pas, cocok atau sudah cukup mengena. Tetapi faktanya, ketika miskin atau kemiskinan diimplementasikan ke dalam representasi berbeda, hasilnya menjadi bias.
Dari aspek penghasilan, pengeluaran, pendapatan per kapita, kemampuan daya beli dan korelasinya dengan kepemilikan aset atau harta, tanggungan keluarga, cara menyimpan atau mengelola aset, kebangkrutan tiba-tiba, pemutusan hubungan kerja dan lainnya, seringkali kemampuan untuk mendeteksi dan identifikasi data kemiskinan bukan saja terjadi akibat ketidakcocokan atau kekeliruan melakukan verifikasi atau validasi, melainkan karena kecenderungan pengolahan data yang sembarang atau adanya unsur kesengajaan untuk tujuan tertentu.
Oleh sebab itu diperlukan empati dari berbagai pihak termasuk para pemangku kewenangan terkait penyelesaian dan penanggulangan akan masalah penurunan kemiskinan.Â
Empati yang dimaksud tidak hanya keadaan mental yang membuat seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Tetapi juga empati yang menimbulkan kepedulian atau aksi peduli terhadap orang atau kelompok lain dengan berbagi kelebihan, berdonasi dan menolak ketika dirinya ditempatkan pada posisi penerima bantuan yang sebenarnya tidak layak baginya.
Sebuah empati ketidakbersediaan menerima identifikasi kemiskinan ketika dirinya yang masuk kategori memiliki kemampuan finansial atau sudah memiliki kemampuan finansial masih menerima program bantuan dan aksi kepedulian nyata lain semisal peduli lapangan kerja.
Selanjutnya solusi yang dapat dilakukan adalah pembenahan data mulai dari pendefinisian kemiskinan yang bisa diklasifikasi lebih spesifik dan beragam. Sehingga bias data dapat diminimalisir, dan kekeliruan data diperbaiki.