Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena Sajian Tahu Bulat dalam Pusara Politik

24 Oktober 2023   19:21 Diperbarui: 24 Oktober 2023   19:32 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari (Shutterstock/Anjarsari LP/Kompas.com, Screenshot Youtube Harian Kompas)

Rasa, variasi dan popularitas tahu bulat jelas kalah jauh dari tahu jeletot, tahu berontak, tahu pletok, tahu aci, tahu bakso, tahu intip, kembang tahu atau camilan berbahan dasar tahu lainnya yang sudah ada sebelumnya, dan tidak hanya menawarkan rasa gurih tetapi juga rasa pedas, manis, asam, asin dan renyah. 

Jika diamati, kehebatan tahu bulat terletak pada cara memasarkannya yang unik, bentuk produk tahu yang tak lazim, sistem pemasaran yang sistematis, dan cara memasak yang yang dinarasikan seolah berbeda. Namun segala produk semacam tahu bulat yang mengalami algoritma eksponensial yang digambarkan dalam statistik sebagai garis tak lurus yang melengkung atau melejit ke atas secara tiba-tiba, yang dalam bahasa generasi topping mengalami fase viral dan disebut sukseskadabra, tidak akan bertahan lama. 

Dan yang perlu diingat, bahwa segala sesuatu yang melejit ke atas secara tiba-tiba juga bisa mengalami kondisi sebaliknya atau dengan kata lain dapat segera meluncur ke bawah secara tiba-tiba pula, yang dalam bahasa generasi toping disebut balakazam. Faktanya sekarang, pamor tahu bulat memudar sementara makanan tahu jenis lainnya masih tetap eksis dan memiliki popularitas tersendiri bagi beberapa kalangan di beberapa tempat atau lokasi. 

Fenomena populer sajian tahu bulat yang pernah terjadi pada masa tertentu ketika itu, dan seolah mampu menyingkirkan pusara berbagai jenis makanan berbahan dasar tahu lainnya, merupakan gambaran dunia politik yang sedang berkembang sekarang. Kata kunci 'digoreng dadakan' adalah bentuk representasi atas apa yang sedang terjadi di kancah politik jelang pilpres 2024. Proses penggorengannya tidak hanya terlalu cepat seperti tahu bulat, tetapi juga menimbulkan polemik, pro-kontra, kontroversi dan dugaan yang berkonotasi negatif. 

Dalam bahasa lain, kondisi tersebut diibaratkan dengan buah yang tak matang di pohon alias buah karbitan. Kematangan dan kedewasaan sejati dalam membentuk mental dan pengalaman politik tidak bisa dibentuk secara dadakan seperti tahu bulat yang matang lewat digoreng dadakan tapi tetap enak serta gurih rasanya. 

Jabatan yang berhasil diraih dan baru dijalankan 2 (tahun) yang menjadi salah satu acuan pengalaman politik Gibran bagi para pengusung dan pendukungnya adalah keberhasilan atau keberuntungan awal, yang identik dengan sukseskadabra di generasi topping, sehingga ia belum bisa disebut sebagai prestasi.  

Meskipun demikian, sebagian besar publik sepertinya telah mampu membaca mengapa pada akhirnya generasi milenial atau gen Y yang diwakili oleh Gibran Rakabuming dipilih untuk mendampingi Prabowo Subianto, yang tentu saja dipilih bukan sekadar karena  ia dinilai sebagai kaum muda berprestasi, melainkan karena kondisinya yang saat ini identik dengan sukseskadabra. Suatu kondisi yang membuat seseorang mempunyai potensi sangat besar untuk mendapatkan keberhasilan atau keberuntungan lanjutan yang cenderung akan berkesinambungan.

Kita lihat saja di hari pembuktian, apakah fenomena sajian tahu bulat dalam pusara politik mampu mengalahkan tahu-tahu yang sudah ada dan sebelumnya eksis! Omong-omong, dari ketiga pasangan calon, apa mereka pernah membeli dan menyantap tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih-gurih enyoi, itu ya?       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun