Masih ingat lagu berjudul 'Lebih Baik Sakit Gigi' yang dipopularkan oleh Meggy Z dan dirilis sekira tahun 1987-an?Â
Saya tidak sepakat dengan salah satu potongan liriknya, yang berbunyi "Daripada sakit hati. Lebih baik sakit gigi ini. Biar tak mengapa. Rela, rela, rela, aku relakan." Sumpah saya tidak rela merasakan keduanya. Tidak ada yang lebih baik di antara keduanya.
Sementara itu, ketidakrelaan saya merasakan sakit hati dan sakit gigi tidak dibarengi oleh cara saya bergaul dan berinteraksi sosial di tempat yang tepat dalam menemukan belahan jiwa.
Kemudian menjalankan pola makan bergizi, konsumsi makanan sehat serta perawatan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi. Sehingga meskipun tidak rela, ketika sakit hati atau sakit gigi saya alami, iya dinikmati saja.
Hidup tidak selalu tentang pilihan. Kadang perjalanan hidup hanya mengikuti ke mana arus air mengalir tanpa bisa menghindarinya.Â
Tetapi bicara tentang pindah kewarganegaraan akan mengingatkan saya pada satu peribahasa 'Daripada hujan emas di negeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri', yang apabila kalimat peribahasa tersebut tidak ditafsirkan sebagai peribahasa melainkan pilihan, saya tidak akan memilih keduanya. Loh! Kenapa?
Logika saja, emas dan batu itu benda berat. Bayangkan emas atau batu menimpa kepala dan tubuh dari ketinggian sedemikian jaraknya, dan menghujam berkali-kali dalam deras, tentu cerita akhirnya hanya akan bermuara di antara dua kenyataan; sakit (luka, cedera, lumpuh, lainnya) atau kematian.
Sedang saat peribahasa tadi dimaknakan ke dalam arti 'sebaik-baiknya negara lain, masih lebih baik hidup di negara sendiri', terbersit pertanyaan, di bagian mana kehidupan masih lebih baik di negara sendiri?
Ketika misalnya negara lain menawarkan kehidupan jauh lebih nyaman, pendapatan ekonomi jauh lebih besar, jaminan kesehatan jauh lebih memadai, kewajiban membayar pajak jauh lebih kecil dan banyak hal menarik lainnya yang jauh lebih menguntungkan.
Barangkali jawabnya adalah rasa cinta tanah air atau nasionalisme, keterkaitan emosional dan keterikatan batin yang jauh melebihi segala tawaran yang menggiurkan itu.Â