Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Disorientizen

15 November 2022   16:12 Diperbarui: 29 Juni 2024   09:47 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika informasi mengenai penjualan itu ditelusuri lebih luas dan beraneka respon dari berbagai kalangan bermunculan, ditemukan ketidaksepemahaman persepsi terkait lahan virtual yang dijual dengan lahan fisik realnya. Ada yang menduga bahwa pemilik lahan virtual akan sepenuhnya memiliki hak manfaat atas aset yang dibelinya, termasuk kemanfaatan lahan fisiknya. Sehingga pemilik lahan fisik perlu menyikapi sedini mungkin fenomena jual beli lahan virtual agar ada kepastian terkait kemanfaatan dan kepemilikan atas aset tersebut. Ketidaksepemahaman persepsi ini atau ketidakpahaman konten atau konteks pada konflik-konflik semacam, menjadi faktor penyebab terhambatnya kerja nalar hingga kehilangan kemampuan mengenali lingkungannya.     

Jadi, disorientizen adalah kondisi seseorang atau sekelompok orang yang kehilangan kemampuan mengenali lingkungan (ruang, waktu dan orang) oleh sebab terhambatnya kemampuan nalar melogiskan ruang dan waktu dalam interaksi media sosial. Ketidakmampuan nalar mengejar kecepatan teknologi menjadi penyebab seseorang atau sekelompok orang mengeluarkan argumentasi yang bersifat apologi, kesepemahaman yang berbeda atau sama sekali tidak memahami konten atau konteks.

Oleh karena itu, disorientizen umumnya disebabkan oleh apalogi (memaksakan persepsi), ketidaksepemahaman persepsi (seakan dipaksa memahami) atau ketidakpahaman konten atau konteks (terpaksa memahami). Jika demikian disorientizen didefinisikan, perbedaan persepsi tentang penjualan lahan virtual Alun-alun Utara Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, Puro Pakualam, Istana Kepresidenan Gedung Agung hingga Kantor Gubernur versus pemilik lahan fisik, manakah yang mengalami disorientasi ruang, waktu dan media? Lalu konflik berpakaian seksi di pantai antara publik figur dengan netizen, siapakah yang mengalami disorientizen? Apakah disorientizen bisa terjadi juga dari fenomena ilusi digital magnetis?

Patut diingat, kehilangan kemampuan mengenali lingkungan di dunia nyata (disorientasi) tidak identik  dengan kehilangan kemampuan mengenali lingkungan di dunia digital (disorientizen). Tetapi keduanya memiliki kesamaan terhadap perkembangan mental. Disorientasi  yang disebabkan oleh demensia atau delirium dapat dikategorikan pada gejala gangguan mental serius. Sedang disorientizen merupakan indikasi awal yang mengarah pada gejala terganggunya perkembangan mental oleh sebab terhambatnya kemampuan bernalar.

Meskipun baru sebatas pada terhambatnya kemampuan nalar, seiring pesatnya perkembangan era digital dengan teknologi blockchain, nft, metaverse atau teknologi digitalisasi lainnya, kemampuan nalar perlu mendapat perhatian agar mental tidak terjebak lebih jauh pada gejala gangguan perkembangan mental apalagi kejiwaan.     

Jakarta, 19 Februari 2022

Referensi

Cadrasari, Katarina Erlita. 2020. "Cegah Komen Negatif, Salmafina Sunan Jelaskan Alasan Pakai Bikini di Pantai. https://www.indosport.com/renang/20200820/cegah-komen-negatif-salmafina-sunan-jelaskan-alasan-pakai-bikini?utm_source=today-line&utm_medium=Referral&utm_campaign=feed-recommended&read_meta=%7B%22label%22%3A%22articlepage_number2%22%2C%22group%22%3A%22NA%22%7D, diakses pada 14 September 2022 pukul 13.33

Honestdocs Editorial Team. 2020. "Apakah Disorientasi Itu?". https://www.honestdocs.id/disorientasi, diakses pada 14 September 2022 pukul 14.27

Priatmojo, Galih. 2022. "Alun-alun Utara hingga Gedung Agung Dijual Virtual, Sekda DIY: Tak Perlu DItanggapi Serius. https://jogja.suara.com/read/2022/01/06/083927/alun-alun-utara-hingga-gedung-agung-dijual-virtual-sekda-diy-tak-perlu-ditanggapi-serius, diakses pada 14 September 2022 pukul 14.40

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun