Wajah yang tersenyum laiknya senyum simpul.
Resi mengganggap Mili adalah gadis paling bahagia.Lihat saja tiap kali ketemu sama orang yang dikenalnya selalu tersenyum.Heran, bisa-bisanya tersenyum semanis itu, yang membuatku semakin keki.Padahal tahu sendiri kecantikan dia di bawah rata-rata, tapi semua mengenalnya sebagai gadis periang.Sementara Resi hanya seorang gadis modis biasa.Bah! rasanya musykil, lantas apa istimewanya, senyum semata.
Pernah suatu ketika berpapasan dengan Mili, sudah ku duga senyumnya membuat terkesima semua orang.
" Hai, ke kantin yuk! ajak Mili sambil menggandeng tangan Resi.Sementara Resi hanya manut saja.Padahal dalam hati dongkol bukan main.Terpaksa pura-pura senyum dan menerima ajakannya.
"Kamu senang kan Res, kita bisa makan bareng di kantin," ucapnya mulai pembicaraan
" Tentu saja," jawab Resi asal bicara
" Kamu tahu Res, hal yang membahagiakan bagi saya adalah memberikan senyuman," lanjutnya
"Sesimpel itu," jawab Resi tak percaya
" Bukannya yang namanya kebahagiaan itu cantik dan dipuji semua orang," kata Resi tak mau kalah
" Ya, standar orang beda-beda tentang kebahagiaan, tidak harus sama dan jangan dijadikan patokan,"
"Hmmm ... baru kali ini mendengar ceramah Mili tentang bahagia," batin Resi
" Kok bengong, terkesima ya dengan ucapanku tadi," tebak Mili
" Ih, enggak lah itu katamu bukan kataku," kata Resi kesal
" Sedekah yang paling murah itu tersenyum, jadi jangan pelit," kata Mili sambil menyeruput minumannya.Resi yang sama-sama menyeruput minuman jus Orange juga hampir saja tersedak.
" Benar kata kamu, tapi akan berbeda menurutku," lagi- lagi Resi tak sefrekuensi.
"Itu hak kamu kok, tenang saja tersenyum tidak akan membuat kamu Rugi, "
Untung selesai makannya.Bisa- bisa Mili terus menerus menggerus ku dengan kata" senyum,".
Akhirnya kami bersebrangan jalan pulang.Eits, tapi ada yang aneh dari Mili seperti ada sesuatu yang disembunyikan.Apa masalah pribadi? atau rahasia tentang dirinya.
Di akhir kata tadi, dia bilang jangan melihat seseorang itu dari tampilan luarnya saja.
Seketika ide menguap di kepala untuk menyelidiki Mili.Tinggal tunggu waktu yang pas saja, nggak sabar rasanya menunggu hari Minggu.
Resi mengendap-endap laiknya detektif.Ini beneran tuh anak nggak muncul -muncul dari rumah tua nya.Resi bergelut dalam batinnya, menunggu seorang Mili ternyata ektra juga.
Tiba-tiba muncul seorang kakek dan nenek tua dari balik pintu.
Lah... kok Mili tak ada.Gumam Resi
Wah, apa jangan -jangan salah rumah.
Ah, ini benar rumahnya cat warna biru.
Resi menunggu tiga jam lamanya, sayangnya yang dicari tidak muncul.
Resi masih penasaran.Kemana? apa iya, kedua orang tuanya sudah renta.Atau jangan-jangan, entahlah aku juga bingung.
Belum sempat kegalauan itu hilang, muncul yang aneh lagi.Ada bocah kecil yang tinggal di sana .Hmmm...apa Resi punya adik.Sejauh ini dia tidak pernah cerita bla..bla.. tentang adiknya.Jadi, semrawut mikirin Mili.Emang paling benar nggak kepo sama orang lain.Tapi ini beda tentang misi rahasia.
Sudah bete menunggu Mili, lebih baik berbalik arah dan pulang.
Ssst.... sebuah mobil Avanza berwarna merah parkir di depan rumah Mili.Siapa dia?.Belum juga putar balik sudah dibuat penasaran sama mobil itu.
Tunggu, tunggu sepertinya aku kenal wanita yang keluar di dalam mobil.Mirip Mili dari postur tinggi dan tubuhnya.Sayangnya, di sini tak terlihat dengan jelas.Masih samar dalam pengintaian dan penyelidikan.Ah, nihil wajahnya tak terlihat sama sekali .Mau tidak mau harus sabar menunggu nya pulang dari rumah tua itu.Hanya sebentar masuk, wanita itu keluar dan terlihat begitu jelas wajahnya.
Resi seketika mengatup mulutnya.
Apa  benar itu Mili? rasanya tak percaya.Dia setajir itu mengalahkan kekayaan ayahku.
Tak berapa lama wanita itu pergi meninggalkan rumah tua.Kira-kira ada hubungan apa Mili dengan pemilik rumah tua itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H