SANDAL UNTUK RHOMA IRAMA
Siapa tak kenal raja dangdut Rhoma Irama? Semua lapisan masyarakat Indonesia pasti sudah tak asing lagi dengan penyanyi yang satu ini. Karya-karya musiknya telah mewarnai belantika musik Indonesia. Bersama dengan grup Sonetanya, Rhoma Irama berhasil memukau semua pecinta musik dangdut di Indonesia. Lirik-liriknya yang penuh makna dan mengandung nilai-nilai religius menjadikanya salah satu seniman yang berbeda dengan seniman lainnya. Rhoma berhasil menjadikan musik sebagai salah satu media dakwah yang sangat efektif.
Akhir Desember 2011 lalu Rhoma hadir ke kampus IAIN Surabaya untuk meresmikan pembentukan Soneta Fans Club Indonesia wilayah Jawa Timur. Rhoma juga sempat mengisi kotbah Jumat di masjid kampus, Ulul Albab. Selanjutnya, Rhoma menghadiri Stadium General peresmian Soneta Fans Club Indonesia wilayah Jatim. Di sana Rhoma Irama banyak berkisah tentang perjalanan kariernya dalam berdakwah lewat musik.
Tak sedikit rintangan dan halangan yang dihadapinya di awal perjalanan kariernya bersama Soneta. Dilempar botol, sandal, dan dihujani cemoohan menjadi hal lumrah ketika Rhoma mengucapkan salam saat konser di sebuah kota di Jawa Barat. Tak hanya itu, Rhoma juga sempat dikritik ulama yang meyakini bahwa tak ada pintu dakwah dalam musik.
Akan tetapi, Rhoma Irama adalah Rhoma Irama. Meski banyak menuai cobaan dan ujian, ayahanda Ridho Rhoma itu terus berjuang, berkarya, dan berdakwah melalui musik. Menurutnya, untuk merevolusi sebuah bangsa dan mengubah generasi muda tidak harus melalui senjata, melainkan dengan seni juga bisa mengubah bangsa menjadi lebih baik.
Ironisnya, lanjut Rhoma, saat ini musik telah disalah gunakan dan dijadikan media pornografi dan pornoaksi. Padahal, karya-karya musik yang pernah dibuat harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Hal inilah yang tidak disadari oleh sebagian seniman musik, sehingga mereka dengan seenaknya membuat lagu tanpa memedulikan apakah karyanya sesuai dengan nilai-nilai moral, agama atau tidak.
Oleh karena itu, bagi para penikmat musik sudah seharusnya pandai-pandai dalam memilih dan memanfaatkan musik. Jangan sampai menjadikan musik hanya sebagai media untuk melakukan pornografi dan pornoaksi, sehingga mengurangi nilai seni yang ada di dalam bermusik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H